Abstract:
Kehidupan manusia di zaman modern menghadapi berbagai
tantangan psikologis yang semakin rumit, salah satunya adalah depresi
yang telah menjadi penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. Pada
tahun 2019, ada lebih dari 300 juta orang yang mengalami depresi , situasi
ini ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan metode yang
komprehensif dalam menangani masalah kesehatan mental, khususnya
kesedihan yang berlebihan. Kesedihan dapat muncul akibat kehilangan,
beban hidup, dan berbagai masalah yang datang silih berganti, yang sering
kali dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan yang merugikan
diri sendiri. Meskipun kesedihan dapat mendekatkan seseorang kepada
Allah SWT dan meningkatkan kesabaran, dampak negatifnya dapat
melemahkan iman dan semangat. Al-Qur'an mengingatkan umat Islam
agar tidak terjebak dalam kesedihan yang berlebihan, terutama setelah
mengalami kekalahan, serta menekankan pentingnya iman dan optimisme.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan (library research). Sumber
data primer yang digunakan yaitu kitab Tafsīr Al-Munīr dan sumber data
sekunder berupa buku, artikel, jurnal yang berkaitan. Teknik pengumpulan
data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentatif, kemudian
dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan psikologi.
Penelitian ini menemukan bahwa kesedihan yang berlebihan dapat
melemahkan iman dan semangat. Dalam konteks modern, larangan ini
relevan dengan isu kesehatan mental, di mana kesedihan yang tidak
dikelola dapat berkembang menjadi gangguan psikologis. Selain itu,
konsep self healing dan manajemen stres juga sejalan dengan ajaran AlQur’an, memberikan pendekatan praktis untuk menjaga keseimbangan
emosi. Dengan demikian, larangan sedih berlebihan dalam Al-Qur’an
tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga menawarkan solusi yang relevan dan aplikatif untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis di era modern.