| dc.description.abstract |
Kemukjizatan Al-Qur’an dari aspek bahasa dan sastra (i’jāz bayānī wa
adabi) merupakan salah satu kajian yang tidak pernah surut diminati oleh para
peneliti. Keindahan uslūb, ketepatan diksi, dan keseimbangan susunan kata
yang dimiliki Al-Qur’an menjadi bukti keagungan yang tidak tertandingi.
Namun, untuk dapat menyingkap sisi kebahasaan tersebut diperlukan
penguasaan ilmu balāgah. Penelitian ini berfokus pada salah satu cabang
kajian ilmu balāgah, yakni ilmu ma’āni khususnya kalam insyā’ ṭalabi yang
menjadikan surah Sād dan tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr karya Muhammad
Tahir bin ‘Asyur sebagai objek penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode
kepustakaan (library research). Sumber data primer yang digunakan adalah
Tafsir al-Taḥrīr wa al-Tanwīr karya Ibnu ‘Asyur yang diterbitkan oleh Dār
Iḥyā’ al-Turāṡ al-‘Araby pada tahun 2024. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui teknik dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan
metode analisis deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sastrawi dari perspektif linguistik sebagai media untuk
menganalisis penafsiran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam surah Sād terdapat empat
bentuk kalam insyā ṭalabi yakni amr, nahy, istifhām, dan juga nidā yang
tersebar pada 37 ayat. Ibnu ‘Asyur menafsirkan kalam insyā ṭalabi dalam
surah tersebut mayoritas dimaknai secara hakiki. Namun, di beberapa
penafsiran ia memaknainya secara majāzi. Selain itu, kajian ini menunjukkan
bahwa pemahaman terhadap kalam insyā’ ṭalabī memiliki relevansi signifikan
terhadap rekonstruksi hukum Islam, karena bentuk-bentuk perintah dan
larangan yang ekspresif tidak hanya memperkaya aspek retoris, tetapi juga
mengandung nilai normatif yang dapat menjadi dasar pertimbangan dalam
pembaruan hukum kontemporer. Dengan demikian, penekanan pada gaya
bahasa dan struktur kalam insyā’ ṭalabī membuka peluang untuk
memanfaatkan retorika Al-Qur’an secara substantif dalam praktik hukum modern. |
en_US |