Abstract:
Generasi muda merupakan aset bangsa yang memiliki potensi besar dalam membangun peradaban. Namun, derasnya arus modernisasi dan perkembangan teknologi menimbulkan tantangan moral dan spiritual yang serius. Fenomena seperti pergaulan bebas, kekerasan, dan penyalahgunaan media sosial menunjukkan lemahnya pemahaman terhadap nilai-nilai keislaman. Oleh karena itu, diperlukan penanaman kembali nilai-nilai religius sebagai pedoman hidup pemuda.
Penelitian ini adalah studi pustaka (library research) yang bersifat kualitatif, menggunakan metode analisis komparatif dengan pendekatan sosiologis masyarakat melalui teori Emil Durkheim. Data diperoleh dari dua kitab tafsir utama, lalu dianalisis untuk melihat persamaan, perbedaan, dan konteks sosial dari penafsiran masing-masing mufasir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua tafsir sama-sama menekankan nilai tauhid, keberanian mempertahankan kebenaran, dan keteguhan iman, yang relevan dengan tantangan pemuda modern. Persamaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada fokus kisah Ashabul Kahfi dan relevansinya dengan generasi muda seperti penelitian Shofarina Zuhrotun Nafiah (2021) yang menekankan nilai-nilai iman, atau Siti Istiqomah (2021) yang mengkaji tokoh Ashabul Kahfi melalui perbandingan tafsir. Perbedaannya, penelitian ini lebih spesifik membahas ayat 13–16 dan membandingkan dua tafsir kontemporer karya mufassir Indonesia dengan pendekatan sosiologis, sedangkan penelitian sebelumnya cenderung tematik atau membandingkan tafsir klasik dan modern.
