| dc.description.abstract |
Fenomena fatherless atau ketiadaan figur ayah, baik secara fisik maupun
psikologis, menjadi isu serius di Indonesia yang menempati peringkat ketiga
dunia dalam kasus ini. Ketidakhadiran peran ayah berdampak signifikan
terhadap perkembangan karakter, identitas, dan ketahanan emosional anak.
Penelitian ini berangkat dari urgensi peran ayah sebagaimana tergambar dalam
Al-Qur’an, yang memposisikannya sebagai pendidik akidah, pembimbing
moral, pelindung, dan teladan ketaatan. Tujuan penelitian adalah menganalisis
penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbāh terhadap ayat-ayat yang
menggambarkan peran ideal ayah, serta mengkaitkannya dengan teori
perkembangan psikososial Erik Erikson untuk menawarkan solusi bagi anak
yang mengalami fatherless.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan kajian sebelumnya yang
umumnya menyoroti peran ayah berdasarkan tafsir tertentu atau pendekatan
psikologi semata. Studi ini menggunakan kombinasi pendekatan tafsir tematik
(maudhu‘i) menurut Al-Farmawi dan analisis teori psikososial Erikson,
sehingga menghasilkan perspektif interdisipliner. Sumber primer penelitian
adalah Tafsir Al-Misbāh karya M. Quraish Shihab, sementara sumber sekunder
meliputi literatur tambahan seperti buku, jurnal, artikel ilmiah, dan penelitian
terdahulu tentang fatherless, dan kajian psikologi perkembangan. jenis
penelitian kualitatif atau kepustakaan (library research), Metode analisis yang
digunakan adalah Deskriptif Analitis, dengan menghubungkan penafsiran ayat
dan mengaitkannya pada tiga tahap perkembangan psikososial Erikson: Trust
vs Mistrust, Industry vs Inferiority, dan Identity vs Role Confusion.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penafsiran Quraish Shihab
menegaskan peran ayah sebagai pembangun rasa aman, pendorong
kompetensi, dan penanam nilai tauhid. Integrasi nilai Qur’ani dan teori Erikson
menghasilkan kerangka konseptual bahwa kehadiran ayah, atau figur
pengganti yang menjalankan peran serupa, krusial dalam membentuk pribadi
anak yang beriman, berkarakter kuat, dan adaptif. Kesimpulannya, solusi terhadap fatherless tidak hanya memerlukan pendekatan emosional dan
edukatif, tetapi juga landasan nilai spiritual yang dapat membimbing anak
menghadapi tantangan modern. |
en_US |