| dc.description.abstract |
Ego memainkan peran sentral dalam pembentukan identitas diri dan pola
interaksi sosial. Ego yang stabil memungkinkan individu mengelola dorongan
batin sekaligus menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial secara sehat,
sedangkan ego yang tidak stabil meningkatkan risiko kecemasan, agresi, dan
perilaku disfungsional, termasuk bullying. Perspektif Islam memandang ego
sebagai nafs, pusat kesadaran diri dan kecenderungan moral, sedangkan
perspektif Barat menekankan fungsi psikologis ego dalam menyeimbangkan
impuls dan realitas sosial. Interaksi sosial yang sehat memerlukan
pengendalian ego yang matang, baik secara spiritual maupun psikologis.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan perspektif
psikologi agama untuk menganalisis peran ego dalam interaksi sosial. Sumber
data primer penelitian adalah teks utama yang menjadi fokus kajian, yakni
tafsir Al-Azhar karya Hamka sebagai representasi penafsiran Al-Qur’an serta
teori Transactional Analysis (TA) karya Eric Berne sebagai kerangka
psikologi Barat. Adapun sumber data sekunder meliputi buku-buku, jurnal
ilmiah, artikel, dan dokumen lain yang relevan dengan topik penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ego yang matang secara spiritual (nafs
muṭma’innah) atau psikologis (Adult ego) memfasilitasi interaksi sosial yang
sehat, adaptif, dan etis. Kesadaran terhadap ego yang aktif, pengelolaan ego
state, komunikasi konstruktif, kemampuan membaca situasi lawan bicara, dan
modifikasi life script negatif menjadi penentu hubungan harmonis. Integrasi
nilai spiritual dan mekanisme psikologis menciptakan pola interaksi sosial
yang stabil, penuh penghormatan, dan harmonis. |
en_US |