| dc.description.abstract |
Isu kebebasan berkehendak merupakan topik yang telah lama menjadi bahan
perdebatan dalam teologi Islam. Persoalan ini menjadi penting untuk dikaji karena
menyangkut eksistensi manusia sebagai makhluk yang bertanggung jawab atas
perbuatannya. Dalam sejarah pemikiran Islam, perdebatan antara kaum aliran
Qadariyah, Jabariyah serta Ahlussunnah mengenai kehendak manusia telah
melahirkan berbagai corak pemikiran sampai kepada penafsiran. Perbedaan
pemikiran ini menjadi acuan penulis pentingnya mengangkat isu kebebasan
berkehendak menurut Al-Qur`an ke dalam sebuah karya ilmiah. Dari mufasir yang
memiliki latar belakang aliran yang berbeda, penulis mengambil Mufasir alZamakhsyarī dari perwakilan Mu’tazilah dan Mufasir Hamka dari perwakilan
Ahlussunnah.
Dari isu tersebut, penelitian ini berfokus pada penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an
tentang kebebasan berkehendak dalam Tafsir al-Kasysyāf karya Al-Zamakhsyarī dan
Tafsir al-Azhar karya Hamka, serta pada analisis, persamaan dan perbedaan
penafsiran antara kedua tokoh tersebut dalam memahami kehendak manusia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptifanalisis dan komparatif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka (library research),
dengan sumber primer berupa Tafsir al-Kasysyāf dan Tafsir al-Azhar. Pendekatan
tematik (mawḍū‘ī) dan komparatif (muqarān) digunakan dalam mengelompokkan,
menganalisis dan membandingkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan
dengan kebebasan berkehendak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Zamakhsyarī, dengan latar belakang
teologi Mu’tazilah, menekankan aspek rasional dan kebebasan penuh manusia dalam
bertindak, sehingga manusia sepenuhnya bertanggung jawab atas perbuatannya.
Sementara Hamka, dengan latar belakang Ahlussunnah yang moderat, memandang
kebebasan manusia berada dalam bingkai kehendak Allah, tetapi tidak menafikan
peran ikhtiar. Keduanya sepakat bahwa manusia memiliki kehendak, namun berbeda
dalam batas dan sumber kehendak tersebut. Penelitian ini menegaskan pentingnya
memahami teks Al-Qur`an secara kontekstual untuk menjawab isu-isu teologis secara
adil dan seimbang. Penelitian ini menunjukkan, bahwa mazhab teologis mufassir
mempengaruhi penafsiran, khususnya dalam tafsir ayat-ayat kebebasan berkehendak |
en_US |