| dc.description.abstract |
Fenomena nomofobia (No Mobile Phone Phobia) merupakan bentuk
kecemasan kontemporer yang muncul akibat ketergantungan berlebihan pada
smartphone. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan psikologis,
tetapi juga berimplikasi terhadap aspek sosial dan spiritual manusia. Dalam
konteks Al-Qur’an, fenomena ini dapat dipandang sebagai bentuk kegelisahan
batin yang menunjukkan lemahnya orientasi spiritual sehingga memerlukan
solusi yang bersumber dari nilai-nilai ilahiyah.
Penelitian sebelumnya mengenai nomofobia banyak menyoroti aspek
psikologis dan sosial dengan pendekatan empiris, misalnya hubungan
nomofobia dengan interaksi sosial atau intensitas penggunaan media sosial.
Ada pula penelitian yang mengaitkannya dengan psikologi positif dalam
kerangka tafsir al-Azhar. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas fenomena nomofobia sebagai problem
psikologis modern. Namun, perbedaan utamanya terletak pada fokus
pendekatan: penelitian ini lebih menekankan analisis tafsir Buya Hamka dalam
Tafsir al-Azhar untuk menemukan relevansi solusi Qur’ani terhadap persoalan
nomofobia, bukan hanya sebatas analisis empiris atau psikologis.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (library
research) dengan pendekatan tafsir tematik (maudhu‘i). Data primer diperoleh
dari Tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, sedangkan data sekunder berasal dari
literatur psikologi dan kajian tentang nomofobia. Analisis dilakukan dengan
metode analisis isi (content analysis), yakni menelaah ayat-ayat Al-Qur’an
yang relevan (seperti QS. Al-‘Aṣr, QS. Al-A‘rāf, QS. Ar-Ra‘d, QS. Al-Ḥadīd,
dan QS. Āli-‘Imrān) melalui penafsiran Buya Hamka, lalu menghubungkannya
dengan teori psikologi modern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Buya Hamka menafsirkan
fenomena nomofobia sebagai bentuk kelalaian spiritual yang berujung pada
ketakutan, kesedihan, dan kesempitan jiwa. Dampaknya bukan hanya
psikologis, melainkan juga moral dan spiritual karena melemahkan hubungan
manusia dengan Allah. Solusi Qur’ani yang ditawarkan meliputi penguatan iman, dzikir sebagai terapi batin, pengelolaan waktu, serta kesadaran akan
kefanaan dunia. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan relevansi Tafsir
al-Azhar sebagai tafsir modern yang mampu menjawab problem psikologis
kontemporer dengan pendekatan spiritual yang aplikatif. |
en_US |