Abstract:
Penelitian ini berangkat dari urgensi kajian bahasa Al-Qur’an sebagai
kunci memahami pesan ilahi secara utuh. Al-Qur’an menggambarkan
fenomena Hari Kiamat dengan kedalaman makna, salah satunya melalui gaya
bahasa tanya (uslūb istifhām) yang sarat retorika. Uslūb ini tidak hanya
berfungsi menanyakan informasi, tetapi juga menggugah hati, memperkuat
peringatan, dan menanamkan kesadaran akan kepastian Hari Kiamat.
Skripsi ini mengkaji uslūb istifhām tentang Hari Kiamat dalam Juz 30
melalui analisis balāgī terhadap Tafsīr Al-Taḥrīr wa al-Tanwīr karya Ibnu
‘Āsyūr. Tujuan penelitian meliputi identifikasi bentuk dan makna istifhām,
analisis penafsiran Ibnu ‘Āsyūr, serta pengungkapan kecenderungan balāgī
dalam tafsirnya. Metode yang digunakan adalah penelitian kepustakaan
dengan sumber primer berupa Al-Qur’an Juz 30 dan Al-Taḥrīr wa al-Tanwīr,
serta sumber sekunder dari literatur ‘ulūm al-Qur’ān, balāgah, dan karya
ilmiah terkait. Analisis dilakukan secara deskriptif-analitis dengan pendekatan
ilmu balāgah, khususnya cabang ‘Ilmu Ma’ānī.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas uslūb istifhām dalam
konteks Hari Kiamat pada juz 30 bersifat majāzī (retoris) dengan alat istifhām
dominan seperti “ا
َ
ل” ,(mā” (م
َ
ه ” dan ,)hal” (ه
م
َ
ع’) “amma). Makna retoris yang
muncul meliputi al-tasywīq, al-taʿẓīm, al-tahwīl, al-tawbīkh, al-inkār, dan altaqrīr. Ibnu ‘Āsyūr menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menekankan aspek
linguistik, konteks, dan tujuan retoris untuk menggugah kesadaran serta
meneguhkan kebenaran Hari Kiamat. Kecenderungan balāgī beliau tampak
dalam penjelasan struktur bahasa, pilihan diksi, dan susunan kalimat yang
memperkuat efek emosional serta psikologis, menjadikan ayat-ayat bukan
sekadar informasi, tetapi seruan yang mengguncang jiwa dan memperkokoh
iman.