Abstract:
Ḥurūf Muqaṭṭa’ah menjadi salah satu perdebatan di kalangan para
mufassir. Sebagian ulama memandangnya sebagai rahasia Ilahi yang hanya
diketahui oleh Allah SWT, sementara yang lain mencoba menafsirkan dan
menakwilkannya sebagai singkatan nama-nama Allah, simbol tertentu, atau
tantangan terhadap manusia untuk meniru kemukjizatan Al-Qur’an. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana ketiga mufassir memaknai
ḥurūf muqaṭṭa’ah secara batiniah serta menemukan persamaan dan perbedaan
di antara mereka.
Penelitian ini mengkaji makna isyārī ḥurūf muqaṭṭa’ah melalui
pendekatan tiga karya tafsir sufi, yaitu Ḥaqāiq Al-Tafsīr karya Al-Sulamī,
Laṭāif Al-Isyārāt karya Al-Qusyairī dan Tafsir Al-Jailānī karya ‘Abd Qadir alJailānī serta persamaan dan perbedaan dalam penafsiran ḥurūf muqaṭṭa’ah
yang dikemukakan dalam ketiga kitab tersebut.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pustaka (library research) dan
menggunakan pendekatan sufistik. Data dianalisis dengan metode komparatif
untuk menelaah persamaan dan perbedaan penafsiran ketiga mufassir terhadap
makna isyārī ḥurūf muqaṭṭa’ah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ketiganya menggunakan
kerangka tafsir isyārī yang sama, Al-Sulāmī lebih menekankan aspek maqām
dan kedekatan spiritual, Al-Qusyairī menitikberatkan pada akhlak dan praktik
tasawuf, sedangkan Al-Jailānī fokus pada tauhid dan rahasia Ilahi. Secara
umum, mereka memaknai ḥurūf muqaṭṭa’ah sebagai simbol yang hanya dapat
dipahami melalui kejernihan hati dan perjalanan spiritual, sehingga
memperkaya kajian tafsir khususnya pada aspek batiniah Al-Qur’an.