Abstract:
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya sifat berlebihan dalam
praktik toleransi yang sering kali melampaui batas etis dan normatif, serta
maraknya kasus-kasus intoleransi yang terjadi di masyarakat. Kondisi ini
menunjukkan bahwa diperlukan adanya kajian yang lebih komprehensif
mengenai toleransi. Penelitian ini menggunakan pendekatan ma’nā-cummagzā yang dikembangkan oleh Sahiron Syamsuddin, karena pendekatan
ini memungkinkan untuk menggali makna kontekstual dari ayat-ayat AlQur'an.
Adapun penelitian ini dilakukan untuk membahas permasalahan
mengenai bagaimana al-ma'nā al-tārikhī QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 8-9
menurut teori ma’nā-cum-magzā, al-magzā al-tārikhī QS. Al-Mumtaḥanah
[60]: 8-9 menurut teori ma’nā-cum-magzā dan al-magzā al-mutaḥarrik almu'assir QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 8-9 menurut teori ma’nā-cum-magzā.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat
kepustakaan (library research), dan teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi yang diambil dari sumber data
primer berupa QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 8-9 dan buku yang ditulis oleh
Sahiron Syamsuddin dkk. dengan judul Pendekatan ma’nā-cum-magzā atas
Al-Qur’an dan Hadis: Menjawab Problematika Sosial Keagamaan di Era
Kontemporer, dan sumber data sekunder berupa buku-buku dan jurnal
terkait QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 8-9 dan teori ma’nā-cum-magzā yang
kemudian di analisis dengan analisa deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa al-ma'nā al-tārikhī dari
QS. Al-Mumtaḥanah [60]: 8-9 adalah sebagai penegasan terhadap prinsip
toleransi aktif dalam Islam. Al-magzā al-tārikhī dari ayat ini terletak pada
pemisahan antara nilai-nilai kebijakan universal dan loyalitas ideologis,
serta mengukuhkan ajaran Islam yang inklusif dalam hubungan sosial. Almagzā al-mutaḥarrik al-mu'assir dari ayat ini adalah sebagai refleksi dari
ajaran Islam yang raḥmatan lil 'ālamīn, serta menunjukkan bahwa Islam
memberikan ruang yang luas unyuk membangun kehidupan bersama
secara adil dan damai.