dc.description.abstract |
Pemaparan kisah dalam Al-Qur’an banyak yang
dilakukan secara berulang-ulang di beberapa tempat. Salah satu
cerita yang dikemukakan Al-Qur’an adalah kisah Nabi Musa
a.s. Kisah tersebut seringkali disajikan diberbagai bagian dalam
Al-Qur’an dan tersebar dalam beberapa surat. Seorang
orientalis, Richard Bell menjelaskan bahwa di antara ayat-ayat
Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang sering diulang, baik
pengulangan itu sama secara harfiah maupun dengan sedikit
perubahan dalam susunan kata. Berangkat dari permasalahan di
atas, penulis terdorong untuk memaparkan hikmah dan rahasia
ayat-ayat yang beredaksi mirip (mutasyâbih lafzhî) pada kisah
Nabi Musa a.s. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif
dan pendekatan yang penulis gunakan yaitu pendekatan
semantik (linguistik). Penulis menggunakan metode komparatif
(muqoron) dan metode tematik (maudhu’i) di dalam
mengumpulkan ayat-ayat mutasyâbihat (redaksi mirip). Al-
Qur’an menggunakan redaksi yang mirip bukanlah tanpa
sebab, melainkan di balik kemiripin tersebut tersimpan hikmah
yang luar biasa. Di antara hikmah dan rahasia ayat-ayat
beredaksi mirip pada kisah Nabi Musa a.s, dari empat model
xvii
yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1) Sisi Ibdâl,
hikmahnya adalah menghindari timbulnya kejenuhan dan
sebagai pemisah antar ayat, 2) Sisi Ziyâdah wa Nuqshân,
hikmahnya adalah porsi tersebut layak diberikan karena
melihat hubungan (munasabah) sebelum dan sesudah redaksi
yang mengalami ziyâdah wa nuqshân, 3) Sisi Taqdim wa
Ta’khir, hikmahnya untuk menyesuaikan nada atau bunyi
fâshilah dan sebagai penafsir pada ayat yang lain, 4) Sisi
Khitâb, hikmahnya adalah variasi ungkapan atau pembicaraan
memberi kesan, bahwasanya semua ungkapan tersebut benarbenar
diucapkan semua atau tidak |
en_US |