dc.description.abstract |
Skripsi ini membahas tentang Mutasyâbih dalam Al-Qurʹan. Pada
dasarnya pengertian Mutasyâbih terbagi menjadi dua, yaitu: Mutasyâbih
Tafsirî / Ma’nawi yang kajiannya mencakup tentang penafsiran ayat-ayat
Mutasyâbih terkait sifat-sifat Allah, makna istiwâ, Arsy, dan pembahasannya
meliputi sektor makna atau tafsir dalam Al-Qurʹan. Kemudian yang kedua
Mutasyâbih Lafzhî yang kajian di dalamnya mencakup pembahasan tentang
pengulangan ayat dalam al-Qurʹan yang memiliki kemiripan redaksi ataupun
maknanya. Dan dalam skripsi ini penulis membahas tentang Mutasyâbih
Lafzhî.
Kajian mengenai Mutasyâbih Lafzhî dianggap penting karena penulis
melihat bahwa: Pertama, pembahasan yang lebih sering dibahas dalam
Mutasyâbih Al-Qurʹan adalah kata Mutasyâbih yang menjadi lawan kata
Muhkâm, sedangkan Mutasyâbih Lafzhî sangat jarang sekali dibahas. Kedua,
permasalahan tentang Mutasyâbih Lafzhî juga sebenarnya menjadi hal yang
sangan penting bagi para Huffâzh Al-Qurʹan untuk memperhatikan setiap
susunan Lafazh ayat-ayat yang memiliki kemiripan redaksi sehingga tidak
keliru dalam menghafal dan memahami makna didalamnya. Dan ketiga,
permasalahan tentang Mutasyâbih Lafzhî juga sebenarnya justru telah
dikenal di kalangan ulama-ulama terdahulu. Dan mereka memiliki konsep
berbeda dalam memahami dan mengkaji Mutasyâbih Lafzhî. Dengan
demikian penulis mencoba mengkomparasikan permasalahan tentang
Mutasyâbih Lafzhî menurut pandangan Al-Kirmânî dalam Kitabnya al-
Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan dan az-Zarkasyî dalam Kitabnya al-Burhân
fî Ulûm Al-Qurʹan. karena keduanya memiliki pandangan yang berbeda
dalam mengkaji dan memahami Mutasyâbih Lafzhî yang menyebabkan
perbedaan konsep penjelasan dalam kitab masing-masing.
Adapun dalam kajian skripsi ini penulis berfokus dalam membahas
pengertian Mutasyâbih Lafzhî menurut pandangan al-Kirmânî dan az-
Zarkasyî dan mendeskripsikan konsep penjelasan keduanya dalam mengkaji
dan memahami Mutasyâbih Lafzhî, kemudian menganalisa persamaan dan
berbedaan pandangan al-Kirmâni dan az-Zarkasî tentang Mutasyâbih Lafzhî.
xvii
Dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah library research,
yaitu suatu rangkaian kegiatan yang berkenaan dengan pengumpulan data
pustaka, dengan mendeskripsikan penjelasan dari beberapa pendapat ulama.
Dari penelitian ini penulis menemukan beberapa kesimpulan yaitu
dalam pengertian Mutasyâbih Lafzhî para ulama termasuk al-Kirmânî dan
az-Zarkasyî mendefinisikan dengan makna yang sama yaitu pengulangan
ayat dalam Al-Qurʹan yang memiliki kemiripan redaksi. Namun yang
menjadi perbedaan antara mereka adalah mengenai penempatan makna al-
Mukarrar atau Tikrâr dalam Al-Qurʹan. Terkait pembahasan al-Mukarrar
atau Tikrâr dalam Al-Qurʹan al-Kirmânî memasukan pembahasannya
kedalam permasalahan Mutasyâbih lafzhî karena antara keduanya sama-sama
memiliki unsur pengulangan. Sedangkan az-Zarkasyî tidak menggolongkan
al-Mukarrar ke dalam pembahasan Mutasyâbih lafzhî karena adanya
perbedaan maksud antara keduanya. Al-Mukarrar yang terjadi dalam Al-
Qurʹan biasanya memiliki arti yang sama dan bertujuan untuk menguatkan
makna. Sedangkan Mutasyâbih lafzhî biasa memiliki perbedaan tertentu dan
antara dua lafazh tidak sama susunannya. Hal ini juga yang menyebabkan
perbedaan konsep penjelasan keduanya dalam memahami Mutasyâbih Lafzhî.
Dalam konsep pembahasan kitab kedua kitab ini memiliki perbedaan.
Al-Kirmânî dengan kitabnya al-Burhân fî Mutasyâbih Al-Qurʹan
memeberikan penjelasan tentang pengulangan ayat-ayat Al-Qurʹan denga
rinci disertai penjelasan singkat tentang tafsirnya dengan demikian kitab ini
juga dikenal dengan sebutan kitab Asrâr at-Tikrâr fî Al-Qurʹan. sedangkan
az-Zarkasyî dalam Kitabnya al-Burhân fî Ulûm Al-Qurʹan hanya sedikit
menghimpun beberapa ayat yang memiliki kemiripan redaksi sesuai dengan
jumlah keserupaannya dalam Al-Qurʹan. |
en_US |