dc.description.abstract |
Skripsi ini menelaah tentang makna tawakal, penulis mengambil tema
ini karena banyak orang salah dalam memahami makna tawakal kepada Allah
swt. Mereka menganggap bahwa tawakal itu semata-mata menyerah kepada
Allah tanpa berusaha. Itulah yang membuat penulis terdorong untuk
mengkaji lebih mendalam, apakah tawakal itu bisa membawa perbedaan
dalam maksud ataupun tujuannya dengan mengambil penafsiran dari tafsir
Al-Mizan dan Al-Alusi, yang mana keduanya merupakan mufassir dari
madzhab theologi yang berbeda, yaitu Syi‟ah dan Sunni.
penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (Library
Research), maka penulis merujuk kepada Tafsir Al-Mizan dan Tafsir Al-
Alusi sebagai data primer. Kemudian didukung oleh data dari literature yang
ada kaitannya dengan penelitian ini. Selanjutnya tehnik pengumpulan data
yang digunakan adalah dokumentasi. Data-data tersebut dikumpulkan
seterusnya mencari titik persamaan dan perbedaannya melalui pendekatan
metode tafsir muqarin.
Muhammad Husain Thaba-thaba‟i menafsirkan tawakal adalah
bergantung pada takdir yang telah ditetapkan Allah atau bersifat Jabariyyah.
Segala urusan hanya Allah saja yang mengatur tanpa campur tangan manusia
di dalamnya, jadi manusia tidak diperkenankan berikhtiar. Sedangkan al-
Alusi menjelaskan Tawakal itu adalah menyerahkan kepada Allah segala
perkara setelah berusaha dan berikhtiar, kita hanya perlu bersandar kepada-
Nya karena hanya Dia-lah yang mampu mengurus segala urusan hambahamba-
Nya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara mufassir sunni dan syi‟ah. Mufassir sunni
mengatakan Tawakal merupakan landasan atau tumpuan terakhir dalam
sesuatu usaha atau perjuangan. Baru berserah diri kepada Allah setelah
menjalankan ikhtiar. , sedangkan mufassir Syi‟ah lebih condong ajaran
Jabariyyah. |
en_US |