dc.description.abstract |
Skripsi ini berjudul : “Ayat-ayat Mutasyabihat dalam Tafsir Fathul
Qadir Karya Imam asy-Syaukani”. Penulis sengaja memilih tema ini karena
penulis merasa tertarik dan penting untuk dikaji karena berhubungan dengan
akidah kepada Allah Swt dengan tokoh mufassirnya imam asy-Syaukani
yang dikenal sebagai seorang Qadhi pada masanya.
Sebagai umat manusia yang beriman kepada Allah, agar keimanan
yang kita pegangi tidak tergelincir dari keimanan yang sebenarnya tentu
diperlukan aturan atau batasan-batasan tertentu yang harus diketahui. Seperti
mengenali sifat Allah yang telah tertulis dalam Al-Qur`an. Terkadang ayat
Al-Qur`an bila menyebutkan sifat Allah, diungkapkan dengan bahasa yang
tidak jelas sehingga membuat pemahaman yang berbeda-beda di kalangan
ulama tafsir. Untuk menyelesaikan masalah ini maka dibutuhkan penafsiran
ayat yang lebih dalam agar tidak salah dalam memahaminya. Oleh karena itu
penulis memilih penafsiran Imam asy-Syaukani terhadap ayat yang kurang
jelas maknanya atau yang lebih dikenal dengan ayat mutsyabihat.
Adapun metode yang penulis gunakan dalam mengungkapkan makna
ayat mutasyâbih yang terdapat dalam Al-Qur`an adalah dengan metode
tematik, penulis berusaha menghimpun ayat-ayat mutasyâbih dalam Al-
Qur`an yang berhubungan dengan sifat Tuhan, kemudian diklasifikasi, dan
memilih ayat yang menurut penulis perlu untuk dijelaskan dalam tulisan ini.
Dan penulis memilih 9 ayat mutasyâbihât dalam Al-Qur`an untuk penulis
uraikan dalam skripsi ini. Untuk lebih menambah wawasan terhadap
pengertian makna ayat yang diteliti, penulis memuat penafsiran dari ulama
lain yang menurut penulis perlu untuk dimuat. Selanjutnya dibagian akhir
tulisan ini penulis membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Adapun kesimpulan yang penulis dapatkan adalah, bahwa ayatayat
mutasyâbihât yang terdapat dalam Al-Qur`an seolah-olah
menggambarkan bahwa Allah sama dengan makhluknya. Untuk menghindari
adanya kesamaan Allah dengan makhluk-Nya, Imam asy-Syaukani muncul
dengan penafsirannya yang benar-benar menghindarkan Allah dari segala
keserupaan-Nya dengan makhluk-Nya. Dalam menafsirkan ayat-ayat
mutasyâbihât imam asy-Syaukani terlebih dahulu mengemukakan
pendapatnya sendiri, baru kemudian menafsirkan menurut pendapat-pendapat
ulama. Akan tetapi ada sebagian ayat-ayat mutasyâbih yang tidak ditafsirkan
imam as-Syaukani.
xiii
Imam asy-Syaukani dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyâbihât
dengan dita‟wil-kan, baik dengan metode ta‟wil ijmali maupun ta‟wil tafshili.
Hal ini dapat diketahui pada al-ahruf al-muqtha‟ah, lafaz istiwa‟, lafaz saaq,
lafaz dabbatul-ard dita‟wilkan dengan menyerahkan artinya kepada Allah
Swt (ta‟wil ijmali), penafsiran kata wajhu dengan makna ridho Allah atau
dzat Allah, lafaz „ain diartikan dengan pengawasan yang meliputi
pemeliharaan dan penjagaan, lafaz yad diartikan dengan “tanpa ada
perantara”, lafaz Jaa‟a diartikan dengan telah datang perintah dan ketetapan
Allah swt, lafaz Ramaa ditafsirkan dengan pertolongan dan kemenangan dari
Allah, lafaz al-Janb diartikan dengan ketaatan kepada Allah, lafaz “wahuwa
ma‟akum” ditafsirkan dengan kekuasaan, kekuatan dan pengetahuan-Nya
yang meliputi makhluk-Nya. Lafaz Allahu nur assamawatiwal-ard diartikan
dengan pujian terhadap Allah swt, lafaz nazirah diartikan dengan melihat
Allah secara langsung seperti melihat bulan di malam Badar. |
en_US |