Abstract:
Ilmu tafsir adalah kunci gudang penyimpanan yang terkandung dalam
Al-Qur`an. Tanpa ilmu tafsir kita tidak mungkin sampai di gudang
penyimpanan yang penuh dengan permata dan mutiara. Dalam menafsirkan
Al-Qur`an perlu disiplin ilmu yang lain, salah satunya menafsirkan Al-Qur`an
dengan hadis Nabi. Karena hadis adalah sumber ajaran Islam kedua setelah
Al-Qur`an. Hadis adalah sumber pedoman kedua bagi umat Islam setelah Al-
Qur`an. Namun hadis yang digunakan untuk menfsirkan Al-Qur`an harus
jelas kualitasnya. Karena pentingnya mengetahui kualitas hadis, penulis
tergerak untuk melakukan kajian terhadap hadis-hadis yang belum diketahui
kualitasnya. Tafsir Al-Mishbah adalah salah satu karya tafsir kontemporer
yang banyak menggunakan hadis dalam penafsirannya, walaupun hadis yang
dikutip oleh mufassir kebanyakan berkualitas shahih namun tidak menutup
kemungkinan kualitas selain shahih pun dikutip. Kualitas yang penulis cari
hanya terbatas dalam surat Yasîn.
Penelitian ini dikategorikan kepada jenis Library Research atau
penelitan pustaka yang merujuk pada sumber-sumber hadis primer. Untuk
melacak keberadaan hadis, penulis menggunakan metode kontemporer yaitu
mencari dari digital, kemudian penulis mengecek ulang secara manual kepada
kitab-kitab hadis yang disebutkan. Selanjutnya untuk meneliti kualitas
sanadnya penulis merujuk ke kitab tarâjum al-ruwât yang memuat biografi
para perawi hadis, dan kitab al-jarh wa at-ta‟dil yang memuat penilaian
ulama atas masing-masing perawi itu. Sementara dalam memberikan
penialaian kualitas hadis, penulis mempertimbangkan pendapat ulama yang
telah memberikan penilaian dengan kajian yang dilakukan oleh penulis
sendiri.
Kesimpulan dari hasil penelitiannya adalah bahwa kualitas hadis dalam
tafsir al-Mishbah pada surat yasin bervariasi, dilihat dari segi penisbahan
riwayat, hadis-hadis yang terdapat dalam surah yasin tafsir al-Mishbah 100%
menggunakan hadis Marfu‟ dengan total 16 hadis. Sedangkan hadis-hadis
yang masuk kategori Mauquf dan Maqthu‟ 0%. Dari jenis periwayatan,
berjumlah 1 hadis (1%) Asbab an-Nuzul, Sedangkan 99% bukan bentuk
Asbab an-Nuzul. Berdasarkan kualitas hadis, apakah itu Shahih (Kuat), Dha‟if
(lemah), atau bahkan maudhu‟ (palsu). Shahih, sebanyak 10 riwayat atau
62,5 %. Dha‟if, sebanyak 4 riwayat atau 25 %. Maudhu‟, sebanyak 2 atau
12,5 %.