dc.description.abstract |
Isrâiliyât telah menjamur luas. Ia merupakan kisah atau dongeng yang
memang sengaja dimasukkan musuh-musuh Islam ke dalam Tafsir dan Hadis
yang sama sekali tidak ada dasar-dasarnya dalam sumber lama. Keberadaan
riwayat-riwayat Isrâiliyât dalam kitab tafsir dikhawatirkan dapat
menimbulkan khurafat dan merusak aqidah Islamiyyah. Di samping itu,
kisah-kisah Isrâiliyât membuka celah bagi musuh Islam untuk mengatakan
bahwa ajaran Islam adalah agama ciptaan Muhammad yang dipadukan dari
ajaran Yahudi dan Nasrani. Penyebaran kisah Isrâiliyât telah ada sejak
zaman Nabi dan berkembang subur di kalangan Islam ketika masa tabi`
tabi`in. Menurut Muhammad Husein adz-Dzahabi (w. 1977 M) makna
lahiriyah dari Isrâiliyât adalah pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani
terhadap penafsiran Al-Qur`an. Kisah yang dimasukkan dalam tafsir yang
periwayatannya kepada sumber Yahudi dan Nasrani.
Di sini penulis akan mengkaji Isrâiliyât dalam kisah Nabi Nuh as., Nabi
Ibrahim as., Nabi Musa as., dan Nabi Isa as., cerita-cerita semacam ini
banyak muncul dan dijumpai dalam kitab-kitab tafsir klasik, khususnya kitab
tafsir yang secara metodologis menggunakan pendekatan tafsîr bi al-ma`tsûr.
Untuk mendapatkan fakta dan data yang objektif dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik penelitian pustaka (library research) yaitu
rangkaian yang berkenaan dengan pengumpulan data dari literatur yang
berkaitan dengan judul skripsi ini. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode komparatif- kritis.
Dari penelitian ini, penulis menemukan beberapa kesimpulan yaitu:
riwayat Isrâiliyât dalam penafsiran kisah Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as.,
Nabi Musa asa., dan Nabi Isa as., di dalam tafsir al-Qurthubi dan tafsir al-
Kasysyâf adalah: Isrâiliyât mengenai kisah Nabi Nuh as., ada beberapa
riwayat yaitu mengenai pembuatan serta ukuran perahu Nabi Nuh as. Dalam
kisah Nabi Ibrahim as., ada 2 riwayat, yaitu: Pertama, yang diperintahkan
untuk disembelih adalah Ishaq. Kedua, ketika Syetan menggoda keluarga
Nabi Ibrahim as. Dalam kisah Nabi Musa as., terdapat 2 riwayat, yaitu:
Pertama, permohonan Nabi Musa as., untuk melihat Allah. Kedua, Allah
berbicara kepada Nabi Musa sebanyak dua kali. Dan yang terakhir dalam
kisah Nabi Isa as., terdapat 2 riwayat, yaitu: Pertama, hidangan yang diminta
oleh Hawariyyin. Kedua, hidangan itu diturunkan dua kali untuk sebagian
ahli ibadah Bani Israil. Setelah penulis analisa, dari semua riwayat tersebut
semuanya termasuk kategori kisah Isrâiliyât yang mardûd (tertolak). |
en_US |