Abstract:
Pada zaman sekarang media sosial sangatlah berperan penting dalam segala hal,
terutama dalam membagikan ilmu-ilmu sebagaiamana yang sudah banyak dilakukan oleh
para pendakwah masa kini. Salah satu alasan penulis mengambil judul ini, karena ada satu
pendakwah masa kini yang bernama Felix Siaw penah membuat opini bahwa "membela
nasionalisme, nggak ada dalilnya, nggak ada panduannya | membela Islam, jelas pahalanya,
jelas contoh tauladannya", padahal sudah jelas bahwa ada nasehat dari Hadlratusy Syaikh
KH. Hasyim Asy'ari terkait dengan Islam dan Nasionalisme. Beliau pernah mengatakan,
"Agama dan Nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme
adalah bagian dari Agama, dan keduanya saling menguatkan”. Sedangkan alasan penulis
memilih kedua tafsir diatas, karena kedua penafsir diatas memiliki jiwa nasionalisme yang
sangat tinggi, terlihat pada penafsiran Bakri Syahid terhadap surat al-Baqarah ayat 11 lafadz
لاَتَفْسِ دوْا , Bakri Syahid menafsirkan: Janganlah membuat kerusakan dimuka bumi baik
kerusakan batin maupun kerusakan lahir, serta hal-hal yang merusak mental, yang hal ini
sangan ditakutkan. Sedangkan pemilihan Tafsir Al-Azhar karena hampir sebagian karyakarya
Prof. Hamka mengenai nasionalisme, seperti Falsafah Hidup, Tasawuf, Pandangan
Hidup Muslim, Pembela Islam, Adat Mingkabau dan Agama Islam. Karena itu penulis
tertarik untuk meneliti cinta tanah air menurut Al-Qur`an.
Pada skripsi ini penulis hanya membahas bagaimana penafsiran Bakri Syahid dan
Prof. Dr. Hamka dalam ayat-ayat cinta tanah air, serta bagaimana persamaan dan perbedaan
Cinta Tanah Air menurut Tafsir al-Huda dan Tafsir al-Azhar.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan komparatif. Dalam
penelitian ini, penulis mencoba menjawab permasalahan yang ada melalui studi dokumen
dan pustaka (library research) dengan merujuk pada data primer dan sekunder. Sumber
data primer yang penulis gunakan adalah Tafsir Al-Huda dan Tafsir Al-Azhar. Sementara
data sekundernya merupakan buku-buku Wawasan Al-Qur‟an, Membumikan Islam
Nusantara, Literatur Tafsir Indonesia dan tafsir-tafsir nusantara serta buku-buku dan jurnal
yang berkaitan dengan pembahasan. Adapun teknik analisis datanya yaitu teknik deskriptif
komparatif.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada ayat yang menunjukkan arti
cinta tanah air secara langsung, namun melihat kajian terdahulu, terdapat 7 ayat yang
merujuk pengertian cinta tanah air, diantaranya ayat yang menafsirkan kata “Bangsa”,
menyamakan level pengusiran dengan kematian, menguatkan kesamaan level antara
terbunuh dan terusir, menyamakan level keterusiran seseorang dari negaranya dengan
pembunuhan, jangan membuat kerusakan, dan doa Nabi Ibrahim a.s. Menurut penafsiran
Bakri Syahid, cinta tanah air adalah jangan merusak ajaran agama, yang fungsinya sebagai
unsur pembangunan bangsa dan karakter bangsa itu kewajiban bagi pemerintah dan
masyarakat, harus berjalan bersama, harus dijaga, dan dibina dengan baik. Jangan sampai
ada sikap jiwa menyepelekan ajaran agama. Sedangkan menurut penafsiran Prof. Hamka
adalah belum beriman seseorang sebelum taat kepada Rasul dan ridha menerima
hukumannya. Bahkan Allah memerintahkan untuk menguji ke Imanan seseorang dengan
membunuh dirinya, atau keluar dari negerinya, tinggalkan kampung halaman untuk
berjuang. Adapun dari penjelasan dua penafsir tersebut rupanya ayat-ayat terkait cinta tanah
air menurut Al-Qur`an mendukung nasehat yang disampaikan KH. Hasyim Asy‟ari.
Dengan begitu penelitian ini sangat membantah pernyataan Felix Siaw, karena
kenyataannya banyak ayat yang membahas mengenai cinta tanah air.