Abstract:
Asmâul Husnâ merupakan nama atau sifat Allah yang biasa dikenal
berjumlah 99 nama. Mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya merupakan
cita-cita tertinggi manusia, dengan mengkaji makna pada Asmâul Husnâ
tentu akan menemukan berbagai keutamaan dan manfaat yang sangat besar.
Penafsiran sufistik merupakan metode yang ditempuh para sufi dengan
mempercayai ada isyarat yang diberikan Allah swt untuk mereka dalam
memahami makna ayat Al-Qur’an. Walaupun ada yang menerima dan tidak,
metode tafsir ini menjadi pelengkap khazanah metode tafsir.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini penulis membatasi
pada persamaan dan perbedaan makna Asmâul Husnâ, yang menjadi
penutup dari akhir ayat azab dan disebutkan secara berangkai menurut tafsir
sufi dalam tafsir al-Jailânî karya Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan tafsir
Rûh Al-Ma’ânî karya Mahmud Syihabuddin al-Alusi.
Jenis metodologi penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian
kualitatif yang bersifat penelitian kepustakaan (library research). Dengan
mengumpulkan data terkait dan memfokuskan pembahasan dengan metode
isyari terhadap ayat-ayat azab dalam kitab al-Jailani dan Rûh Al-Ma’ânî. Dan
data sekunder yaitu buku-buku yang ada relevansinya antara lain buku
menyingkap Tabir Illahi; al-Asma’ al-Husnâ karya M.Quraish Syihab, al-
Asma’ al-Husnâ karya Ibnu Qayyim dan sebagainya yang tentunya berkaitan
dengan tema penelitian. Data yang terkumpul, kemudian dianalisis dengan
pendekatan deskriftif analitis.
Hasil penelitian penulis berkesimpulan bahwa dalam memaknai
Asmâul Husnâ keduanya memberikan makna yang sama, hanya saja
menguraikan penafsirannya berbeda pada setiap kata akan tetapi pada intinya
sama yakni keagungan, kesempurnaan, dan ampunan Allah yang melimpah.
Perbedaan antara kedua tafsir sufi ini yaitu Tafsir Al-Jailani dengan Tafsir
Ruhul Ma’ani hampir tidak terlihat. Namun pemaknaan Asmâul Husnâ
secara mendalam lebih dibahas pada Tafsir Ruhul Ma’ani karena
pemaknaannya lebih terlihat jelas sesuai dengan konteks ayatnya.