DSpace Repository

Konsep Politik Islam (Studi Komparatif Antara Sayyid Quthb dalam Fî Dzilâlil Qurân dan „Atha bin Khalil dalam at-Taysîr Fi Ushûl at-Tafsîr)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Arison Sani
dc.contributor.author Syarah Sofiah Arifin, 14210617
dc.date.accessioned 2020-07-02T05:14:07Z
dc.date.available 2020-07-02T05:14:07Z
dc.date.issued 2018
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/749
dc.description.abstract Konflik yang kerap kali terjadi antara Timur dan Barat menjadi salah satu alasan munculnya organisasi dan pemikiran-pemikiran untuk mendirikan suatu sistem politik yang sesuai dengan ajaran dan syariat Islam. Salah satu tokoh yang mengemukakan pemikiran tersebut ialah Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil. Hal tersebut menjadi pertanyaan tersendiri bagaimana sebenarnya konsep politik yang sesuai dengan ajaran al-Qur`an dan syariat Islam. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana konsep mengenai politik Islam yang diajarkan Al-Qur`an. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan tafsir dan terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan politik. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan sumber data primer yaitu tafsir dan data sekunder berupa buku-buku yang relevan. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelusuran kepustakaan dan metode dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis) dan teknik analisis deskripsi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 30, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil sepakat berpendapat bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khâlifah di muka bumi ialah untuk menggali sumber daya alam dan potensi, serta membangun dan memakmurkan bumi. (2) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 124, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa imâm adalah seseorang yang bisa dijadikan teladan dan mengajak masyarakatnya dalam hal kebaikan. (3) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 208, ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa kata as-silmi pada ayat ini bermakna Islam bukan perdamaian dengan musuh. Akan tetapi Sayyid Quthb menafsirkan kata kâffah pada ayat ini lebih umum, tidak terfokus kepada pembahasan mengenai makna dari kata as-silmi. (4) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 213, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil menafsirkan bahwa manusia pada awalnya merupakan umat yang satu, satu manhaj dan satu akidah. (5) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 247, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin khalil sepakat berpendapat bahwa seorang raja (penguasa) dipilih karena luasnya ilmu yang dimiliki dan tubuh yang kuat perkasa, bukan karena banyak harta dan kekayaan. (6) Pada QS. Al-Baqarah [2]: 251, Sayyid Quthb dan ‘Atha bin Khalil berpandangan bahwa Allah telah menentukan bahwa Daudlah yang akan menjadi raja bagi bani Israil sepeninggal Thalut kelak en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Politik Islam en_US
dc.title Konsep Politik Islam (Studi Komparatif Antara Sayyid Quthb dalam Fî Dzilâlil Qurân dan „Atha bin Khalil dalam at-Taysîr Fi Ushûl at-Tafsîr) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account