Abstract:
Al-Qur‟an adalah mukjizat yang ter-agung di muka bumi,
rangkaian hurufnya tidak sekedar mengikat makna, namun mampu
menjadi pedoman hidup yang mempesona, bacaannya bahkan begitu
menggugah jiwa. Allah telah banyak memulai firmannya dengan
berbagai bentuk pembuka, Dia membuka sebagian ayat-ayatnya
dengan bentuk pujian, Allah SWT juga memulai firman-Nya dengan
kalimat pembuka yang keluar dari "pakem" firman-Nya yang lain di
luar kebiasaan yang telah disebut di atas. Dikatakan keluar dari
pakem karena kalimat pembuka yang digunakan oleh Allah tidak
dapat dipahami dan tetap menyisakan misteri atau tanda tanya besar,
khususnya bagi para mufassir. Kalimat pembuka yang dimaksud
adalah apa yang oleh para sarjana muslim disebut dengan ahroful
muqâtha'ah, ahrofut tahajji atau al-fawâtih al-hijâ'iyah.
Ahroful Muqâttha‟ah adalah huruf-huruf hijâ'iyah yang telah
dikenal oleh manusia sebelumnya yang berada di awal beberapa
surah, berfungsi sebagai pembuka surah dan merupakan salah satu
wujud tantangan Allah SWT kepada manusia yang meragukan al-
Qur‟an, untuk membuat semisal dengannyapun tidak akan mampu,
itu sudah cukup membuktikan keaslian al-Qur‟an yang benar-benar
berasal dari-Nya.
Penulis mengambil Enam objek kajian kitab tafsir nusantara,
yang amat terkenal dan banyak dinikmati oleh masyarakat umum, ke
lima tafsir tersebut diantaranya adalah, tafsir al-Mishbah karya
xvi
Quraish Shihab, Tafsir Rahmat karya Oemar Bakri, Tarjuman
Mustafid karya Abd Rauf as-Singkili, tafsir al-Azhar karya Buya
Hamka, Tafsir al-Qur‟an Karim karya Mahmud Yunus, dan yang
terakhir tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan.
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang dimaksud
dengan ahroful muqâtha'ah. Sebagian lagi berpendapat bahwa
ahroful muqâttha‟ah adalah bukti dan keterangan yang nyata akan
kenabian nabi Muhammad dari sisi bahwa ia mengucapkan beberapa
huruf hijaiyah, padahal beliau adalah orang yang ummy. Dari lima
mufassir yang telah mengurai lengkap makna-makna dibalik ahroful
muqâttha‟ah, penulis lebih sepakat dengan pendapat Quraish Shihab ;
sebagai sebuah tantangan kepada yang meragukan al-Qur‟an. seakanakan
tantangan tersebut berbunyi, “Redaksi kitab suci ini, terdiri dari
huruf-huruf semacam huruf-huruf tersebut, yang kamu semua juga
mengetahuinya. Karena itu, cobalah yang semisal dengan al-Qur‟an
dengan menggunakan huruf-huruf serupa. Kamu pasti tidak akan
mampu, baik dari segi redaksi maupun kandungannya.”
Dari segi makna dibalik huruf-huruf muqâttha‟ah penulis
sangat sepakat dengan para ulama-ulama salaf dalam menafsirkan al-
Qur‟an yang mana mengembalikan realitas maknanya hanya kepada
Allah SWT. Dan pendapat ini masih sangat relevan sampai sekarang