Abstract:
Ad-Dakhîl dalam tafsir adalah suatu penafsiran al-Qur’an yang tidak
memiliki sumber jelas dalam Islam. Keberadaannya dalam beberapa karya
tafsir adalah fakta yang tidak terbantahkan. Kemunculannya sangat
berbahaya karena dapat mencemarkan nama baik Islam dan mencederai
akidah umat. Dampak paling memilukan adalah terbelenggunya tradisi
berfikir maju dan visioner dalam Islam.
Penelitian ini ditulis untuk mengidentifikasi ad-dakhîl dalam Tafsîr
al-Ibrîz karya Bisri Mustafa serta mengetahui kualitasnya. Penulis
membatasi penelitiannya hanya pada sub judul qishshah (kisah) yang
terdapat dalam QS. Al-Kahf [18] dan QS. Maryam [19]. Dari segi objek
kitab, penelitian ini sama dengan penelitian Achmad Syaefudin yang juga
meneliti Tafsîr al-Ibrîz. Bedanya, Achmad Syaefudin membatasi analisisnya
hanya pada kisah isrâ’iliyyât yang terdapat dalam Tafsîr al-Ibrîz jilid
pertama, yang tidak memuat QS. Al-Kahf [18] dan QS. Maryam [19].
Penelitian yang berbasis kepustakaan (library research) ini
menggunakan sumber primer berupa kitab Tafsîr al-Ibrîz karya Bisri
Mustafa. Sumber sekundernya terdiri dari buku-buku tafsir dan artikel yang
berkaitan dengan ad-dakhîl. Sumber-sumber tafsir tersebut dikumpulkan
dengan teknik dokumentatif untuk kemudian dipastikan tafsirnya berbasis
dari sumber yang otentik. Penafsiran yang tidak berbasis sumber otentik
dikategorikan sebagai ad-dakhîl yang harus dikritisi, dianalisis, dan
dievaluasi validitasnya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dari sebelas qishshah (kisah)
yang diteliti, penulis mengidentifikasi enam di antaranya sebagai ad-dakhîl
dalam tafsir dengan jenis riwayat (al-ma’tsûr). Rinciannya adalah tiga addakhîl
terdapat dalam kisah QS. Al-Kahf [18], yaitu: 1) kisah tentang
Diqyanus dan Ashhâb al-Kahf yang dihukumi sebagai riwayat isrâ’îliyyât
yang mardûd (tertolak) dan tidak boleh riwayatkan, 2) kisah Ashhâb al-Kahf
yang terbagun dari tidur yang juga dihukumi sebagai riwayat isrâ’îliyyât
yang mardûd, dan 3) kisah tentang Dzulqarnayn yang dihukumi sebagai
riwayat isrâ’îliyyât yang mauqûf (dibiarkan). Adapun tiga ad-dakhîl lainnya
terdapat dalam kisah QS. Maryam [19], yaitu: 1) kisah tentang Siti Maryam
yang didatangi Jibril ketika sedang mandi dengan status ad-dakhîl yang
mardûd (tertolak) dan tidak boleh diriwayatkan, 2) kisah tentang Isa yang
berbicara dengan status ad-dakhîl yang mauqûf (dibiarkan), dan 3) kisah
tentang nasab Nabi Idrîs yang juga berstatus ad-dakhîl yang mauqûf
(dibiarkan).