Abstract:
Qirâ’ât adalah cara pelafalan Al-Qur‟an yang periwayatannya
bersambung kepada Nabi, baik secara fi’liyah maupun secara taqririyah.
Adanya versi bacaan (qirâ’ât) Al-Qur‟an yang berbeda-beda, adakalanya
perbedaan itu berkaitan dengan subtansi lafazh atau berkaitan dengan lahjah
atau dialek kebahasaan. Perbedaan qirâ’ât yang berkaitan dengan subtansi
lafazh bisa menimbulkan perbedaan makna, sementara perbedaan qirâ’ât
yang berkaitan dengan lahjah atau dialek kebahasaan tidak menimbulkan
perbedaan makna seperti bacaan tashil, imalah, taqlil, tarqiq, tafkhim, dan
sebagainya. Perbedaan qirâ’ât yang berkaitan dengan subtansi lafazh ini
digunakan dalam beberapa tafsir, termasuk tafsir al-Qurthubî.
Masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah tentang qirâ’ât sab’ah
dalam tafsir al-Qurthubî surah an-Nisâ dan al-Mâidah pada ayat-ayat hukum.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh qîrâ’ât terhadap pemaknaan maupun penafsiran dalam tafsir al-
Qurthubî dalam kedua surah tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pustaka
(library research), metodenya adalah deskriptif-analitis. Yaitu penulis
berusaha menguraikan hal-hal seputar qirâ’ât. kemudian menjelaskan profil
al-Qurthubî dan kitab tafsirnya. Setelah itu penulis menganalisis pengaruh
perbedaan qirâ’ât yang ada pada ayat-ayat hukum dalam tafsir al-Qurthubî.
Qirâ’ât yang berpengaruh terhadap pemaknaan maupun penafsiran, yaitu
terdapat pada surah an-Nisâ‟ ayat 19 pada lafal كَرْهًا dan مُبَػيِّػنَةٍ , ayat 25 pada
lafal أُحْصِنَّ , ayat 43 pada lafal لََمَسْتُمْ . sementara dalam surah al-Mâidah
terdapat pada ayat 2 pada lafal أَفْ صَدُّككُمْ , ayat 6 pada lafal كَأَرْجُلَكُمْ dan ayat 89
pada lafal