Abstract:
Di dalam Al-Qur‟an Allah SWT. menyebutkan bahwa Rasulullah
saw. adalah sosok manusia yang memiliki kepribadian yang agung dan
merupakan seseorang yang paling sempurna sebagai contoh teladan bagi
segenap umat manusia. Bahkan Rasulullah saw. adalah maksum (orang yang
dipelihara) oleh Allah untuk melakukan dusta. Meskipun Allah SWT.
menyebutkan dalam firman-Nya bahwa Rasulullah saw. merupakan pribadi
terbaik, namun Allah SWT. juga pernah menegur Rasulullah saw.. Teguran
tersebut merupakan bimbingan Allah SWT. terhadap pribadi Rasulullah saw.
sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur‟an. Hal ini dijadikan bahan
yang empuk bagi orang-orang yang bermaksud mengejek nabi Muhammad
saw. Ini digunakan oleh orang-orang munafik, para pembuat cerita dan juga
para orentalis untuk membuat hal-hal yang sungguh jauh dari kebenaran.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan Library Research. Maka
dibutuhkan pengumpulan data secara literature yang sesuai dan berhubungan
dengan objek pembahasan. Setelah data-data dikumpulkan dari kajian teks
atau buku-buku yang relevan, maka langkah selanjutnya adalah mengelolah
data-data tersebut sehingga penelitian dapat berjalan secara rasional,
sistematis, dan terarah. Adapun metode yang digunakan penulis adalah
metode analisis komparatif mengenai ayat-ayat teguran pada Nabi
Muhammad saw. perspektif Tafsir Al-Jailânî dan Tafsir Majma’ Al-Bayân li
‘Ulûm Al-Qur’ân.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penafsiran Syeikh Abdul
Qadir Al-Jailani dan Imam Ath-Thabarsi mengenai ayat-ayat teguran kepada
nabi Muhammad saw. adalah bentuk kasih sayang, pengajaran langsung dari
Allah, dan penjagaan dari segala bentuk perbuatan dosa. Karena Nabi saw.
adalah manusia teragung, sehingga sikap yang menimbulkan kesan yang
negative pun tidak dikehendaki Allah untuk beliau perankan. Ketika Syeikh
Abdul Qadir Al-Jailani menafsirkan ayat-ayat teguran ini, beliau
memaparkan kesufian di dalamnya tetapi tidak semua ayat teguran
ditafsirkan dengan kesufiannya. Begitu juga dengan Imam Ath-Thabarsi
terkait ayat-ayat teguran pada nabi Muhammad saw. dalam penafsirannya
ternyata tidak menyalahi/menyimpang dari teologi syiah pada umumnya
terkait kemaksuman nabi