Abstract:
Qirâ‟ât merupakan bentuk jamak dari kata qirâ‟ah yang secara bahasa
bermakna bacaan. Dari segi istilah walaupun terdapat berbagai macam pandangan
para ulama. Namun, pada dasarnya Qirâ‟ât itu menyangkut dengan tata cara
pelafalan lafaz-lafaz Al-Qur`an. pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan yang
harus sesuai seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Perbedaan bacaan yang
adakalanya berkaitan dengan lahjah dan substansi lafaz, dimana diantara kedua ini
yang bisa menimbulkan perbedaan makna adalah substansi lafaz. Perbedaan
substansi lafaz tersebut dibahas oleh Imam Ath-Thabarî dalam tafsirnya yaitu Jâmi„
al-Bayân fi Ta‟wîli Al-Qur`an.
Masalah yang diangkat dalam skripsi ini peneliti berusaha untuk menjelaskan
penafsiran Ath-Thabarî terhadap Qirâ‟ât „Âshim riwayat Hafsh dan Qirâ‟ât Nâfi`
riwayat Warsy dalam surah An-Nisâ dan Al-Mâidah. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran Ath-Thabarî terhadap Ath-
Thabarî terhadap Qirâ‟ât „Âshim riwayat Hafsh dan Qirâ‟ât Nâfi` riwayat Warsy
dalam surah An-Nisâ‟ dan Al-Mâidah.
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian pustaka (library
research), yakni penulis mengumpulkan data dengan cara membaca, menelaah
buku serta literature lainnya yang berhubungan dengan skripsi yang diteliti.
Hasil penilitian ini penulis menyimpulkan bahwa penafsiran Ath-Thabarî
terhadap bacaan Qirâ‟ât Nâfi` riwayat Warsy dan Qirâ‟ât „Âshim riwayat Hafsh
dalam surah An-Nisâ dan Al-Mâidah terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
Pertama, lafaz-lafaz yang tidak berpengaruh terhadap makna terdapat pada 10
tempat di surah An-Nisâ ayat 1, 5, 13, 14, 40, 94, 140, 145 dan di surah Al-Mâidah
ayat 53, 107.
Kedua, lafaz-lafaz yang berdekatan maknanya terdapat pada 2 tempat di surah An-
Nisâ ayat 29 dan 33
Ketiga, lafaz-lafaz yang berpengaruh terhadap makna terdapat pada 2 tempat di
surah An-Nisâ ayat 31 dan surah Al-Mâidah ayat 95