Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1503
Title: | Ad-Dakhîl dalam Kitab Al-Jawâhir fî Tafsîr Al-Qur’ân al-Karîm Karya Thanthawi Jauhari (1862-1940 M) (Kajian Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Teleportasi) |
Authors: | Syifa Nurtsania, 17210901 |
Advisor: | Muhammad Ulinnuha |
Issue Date: | 2021 |
Publisher: | Institut Ilmu Al Quran (IIQ) Jakarta |
Abstract: | Tafsir Al-Qur‟an adalah produk manusia. Setiap produk manusia tentu tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Menanggapi persoalan seperti itu, ad-dakhîl adalah metode yang cocok untuk mensterilisasi dan membersihkan penafsiran dari pemahaman-pemahaman yang tidak sesuai dengan kandungan Al-Qur‟an yang semestinya. Misalnya Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, sebuah tafsir yang kontroversial di abad XX. Tafsir ini disinyalir banyak merujuk kepada Injil, Taurat, kisah israiliyat, dan naskah-naskah kuno. Oleh sebab itu, penelitian ad-dakhîl dalam tafsir Al- Jawâhir karya Thanthawi Jauhari harus dilakukan agar dapat diketahui unsur ad-dakhîl yang terdapat dalam tafsir ini. Adapun ayat yang dipilih adalah ayat-ayat teleportasi karena di zaman modern ini, ilmuwan sedang berlombalomba dalam mengungkap teknologi modern dan mencocokannya dengan ayat-ayat Al-Qur‟an. Penelitian ini menggunakan metode library research atau penelitian kepustakaan. Sumber data yang digunakan adalah data-data primer seperti Al-Qur‟an, kitab Al-Jawâhir Fî Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm, dan data-data sekunder seperti buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan judul penelitian. Data dianalisa dengan metode deskripsi-analisis. Adapun landasan teori yang digunakan adalah teori kritik ad-dakhîl Abdul Wahab Fayed. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa penafsiran Thanthawi Jauhari terhadap QS. Al-Isrâ [17]: 1 dan QS. An-Naml [27]: 38- 40 didominasi dengan pembahasan ruh, sehingga saat menjelaskan kisah Isrâ, Thanthawi meyakini bahwa perjalanan tersebut disertai ruh dan jasad. Dalam kisah pemindahan singgasana ratu Balqis, ditafsirkan bahwa ruh mampu memindahkan singgasana tersebut dalam kejapan mata. Pada QS. Sabâ [34]: 12 Thanthawi hanya memberikan penafsiran lafzhî, dan menyebutkan bahwa karunia yang diberi Tuhan itu adalah sebuah nikmat. Adapun ad-dakhîl yang ditemukan adalah satu ad-dakhîl bi al-isyârah dengan status maqbûl, satu addakhîl bi al-ma‟tsûr dengan status mauqûf, dua ad-dakhîl bi ar-ra‟yi dengan status maqbûl dan mauqûf. Ad-dakhîl tersebut ditemukan dalam penafsiran QS. Al-Isrâ [17]: 1 dan QS. An-Naml [27]: 38-40, sedangkan dalam QS. Sabâ [34]: 12 tidak terdapat unsur ad-dakhîl |
URI: | http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1503 |
Appears in Collections: | Skripsi S1 Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
17210901.pdf Restricted Access | 1.73 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy | |
17210901_Publik.pdf Restricted Access | 1.06 MB | Adobe PDF | View/Open Request a copy |
Items in IIQJKT-R are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.