Reinterpretasi Tafsir Tarbawi (Telaah Penafsiran Ayat-Ayat Mu’asyarah bi Al-Ma’ruf Perspektif Qira’ah Mubadalah

Abstract

Tafsir tarbawi, yang menekankan pendidikan karakter, merespons tantangan moral dan keluarga modern. Konsep mu‘asyarah bil ma‘ruf idealnya menekankan kesetaraan dan keadilan dalam relasi suami-istri, orang tua dan anak. pada penafsiran klasik sering bias patriarkis hingga mengabaikan hak perempuan. Ini tampak dari tingginya angka perceraian akibat kekerasan rumah tangga. Reinterpretasi diperlukan agar tafsir lebih kontekstual, dan pendekatan qirā’ah mubādalah menawarkan kerangka kesalingan gender yang relevan untuk memperkuat pendidikan keluarga Islam yang adil dan harmonis. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi tafsir tarbawi terhadap ayat-ayat mu‘āsyarah bil ma‘rūf dengan pendekatan qirā’ah mubādalah untuk memperkuat pendidikan keluarga Islam yang setara dan kontekstual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode studi kepustakaan, berfokus pada analisis tafsir ayat-ayat mu‘āsyarah bil ma‘rūf melalui perspektif tafsir tarbawi dan qirā’ah mubādalah. Sumber primer meliputi kitab-kitab tafsir klasik dan kontemporer seperti Tafsir al-Misbah, al-Marāghī, al-Qurṭubī, Ibn Kaṡīr, serta karya Faqihuddin Abdul Kodir. Sumber sekunder berupa buku metodologi, jurnal, dan data sosial terkait keluarga Muslim. Data dikumpulkan melalui studi dokumen, lalu dianalisis dengan karakteristik tafsir tarbawi dan prinsip kesalingan (qira’āh mubādalah) untuk memperoleh pemaknaan yang relevan dengan pendidikan keluarga Islam kontemporer. Hasil penelitian adalah karakteristik tafsir tarbawi atas ayat-ayat mu‘āsyarah bil ma‘rūf menekankan nilai-nilai akhlak, kesalingan, integrasi nilai teologis dan sosiologis serta fikih secara kontektual dan edukatif. Hasil reinterpretasi melalui pendekatan qirā’ah mubādalah, memandang laki-laki dan perempuan sebagai mitra setara yang saling menghormati, melindungi, dan bermusyawarah dalam membangaun keluarga berkeadilan dan penuh kasih sayang. Relevansi reinterpretasi dari aspek teologis, menegaskan relasi keluarga sebagai ibadah kepada Allah; aspek sosiologis, memperkuat nilai dan interaksi sosial yang adil; aspek fikih, memberi pedoman humanis dan seimbang untuk rumah tangga harmonis dan maslahat.