Abstract:
Masih banyak manusia yang menghiraukan tentang adanya hari akhir.
Sehingga mereka berbuat dosa secara terus-menerus dan menunda taubat agar
tidak merasa berkurang kelezatan yang ada di dunia. Bagi mereka dunia
bersifat empiris sedangkan akhirat hanya khayalan imajinasi. Merasa tidak
mengetahui apa saja huru-hara hari akhir dan kehidupan setelahnya. Hari akhir
adalah prinsip dari keimanan dalam agama Islam yang merupakan bagian dari
eskatologi. Eskatologi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan akhir dunia
dan hari keadilan. Penelitian ini menggunakan objek surah Al-Hāqqah, karena
dilihat dari kisah yang terjadi pada kaum-kaum Nabi terdahulu yang
mengingkari hari akhir sehingga mereka dibinasakan Allah tanpa ada yang
tersisa, kecuali orang-orang yang taat yang Allah selamatkan. Adapun
penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan membandingkan penafsiran
dari ayat-ayat eskatologi yang terdapat pada surah al-Haaqah menurut Tafsir
Al-Qur’ān Al-‘Adẓīm dan Tafsir al-Mishbāh .
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya, seperti; Mhd. Sukro dan Hidhayatul Hilmiah keduanya
memfokuskan ayat eskatologi dalam suatu surah tertentu dalam Al-Qur’an.
Sedangkan perbedaannya, Mhd. Sukro menggunakan kajian tematik yang
diambil dari beberapa kitab klasik, modern ataupun kontemporer, sedangkan
Hidhayatul Himliah mengkomparasikan dua penafsiran kontemporer. Berbeda
dengan penelitian Fiqih Sampurna, Andrian Bakti Mahendra dan Maryono,
mereka cenderung fokus pada penelitiannya mengenai aspek eskatologi
dengan kajian secara ilmiah, filsafat dan sudut pandang hermeneutika.
Jenis penelitian ini menggunakan kepustakaan (Library Reseacrh)
yang bersifat kualitatif, dengan teknik dokumentasi dan menggunakan teknik
deskriptif-analisis-komparatif. Penelitian ini menggunakan teori dari Abdul
al-Hayy al-Farmawi dengan pendekatan muqarran.
Hasil dari analisa dalam tafsir Al-Qur’ān Al-‘Adẓīm dengan al Mishbāh secara keseluruhan penafsiran Al-Qur’ān Al-‘Adẓīm dan Tafsir al Mishbāh memiliki banyak kesamaan dalam segi pemaknaan. Sedangkan,
perbedaanya yaitu dalam menafsirkan maksud tujuan tiupan sangkakala, kata
“benturan”, makna arah kanan dan kiri, maksud “surga yang tinggi”, imbalan
dari kenikmatan di surga, dan penafsiran makna kata “belitlah”.