DSpace Repository

INTERAKSI WANITA HAID DENGAN AL-QUR’AN (Studi Kasus Mahasiswi IIQ Jakarta dalam Memahami QS. Al-Wāqi’ah Ayat 79)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Iffaty Zamimah
dc.contributor.author Yunita Umar, 17210910
dc.date.accessioned 2022-10-07T03:36:17Z
dc.date.available 2022-10-07T03:36:17Z
dc.date.issued 2022
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/1938
dc.description.abstract Perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang wanita haid dalam hal berinteraksi dengan Al-Qur’an sangat beragam, ada yang melarangnya dan ada juga yang memperbolehkannya. Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjadi sumber perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait hukum bagi wanita haid berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah QS. Al-Wāqi’ahayat 79 yang berbunyi: lā Yamassuhū Illā al-Muthahharūn (Tidak ada yang menyentuhnya, kecuali para hamba (Allah) yang disucikan). Tidak sedikit wanita yang bertanya mengenai larangan dan kebolehan membaca Al-Qur’an saat haid, baik itu dari kalangan para penghafal Qur’an, pelajar dan ibu-ibu pada umumnya, mereka menuturkan bahwa belum mengetahui landasan hukum yang pasti. Maka dari itu fokus penulis pada penelitian ini menyangkut bagaimana ayat ini dipahami dan diterapkan oleh masyarakat terutama yang setiap harinya berkecimpung dengan Al-Qur’an seperti kegiatan menghafal Al-Qur’an di sebuah lembaga berbasis Al-Qur’an. Dalam hal ini penulis memusatkan penelitian di kalangan mahasiswi IIQ Jakarta. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif pespektif fenemenologi. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan para responden yaitu mahasiswi IIQ semester II dan VIII Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Adapun alasan mengapa mahasiswi IIQ Jakarta tetap beriteraksi dengan Al-Qur’an meskipun dalam keadaan haid. Dalam hal ini penulis mengemukakan 3 (tiga) alasan. Pertama, interaksi mahasiswi IIQ Jakarta yang sedang haid dengan Al-Qur’an tidak mesti diartikan sebagai interaksi menyentuh mushaf Al-Qur’an secara langsung. Namun, interaksi sebagai mana yang dipahami oleh Imam Hanafi dan Imam Malik. Kedua, haid xvii merupakan fenomena kodrati yang selalu hadir dalam siklus yang tidak dapat dielakkan, sehingga mahasiswi IIQ Jakarta yang menjalankan tugas menghafal Al-Qur’an sedang ia dalam keadaan haid, maka seoptimal mungkin untuk tetap menjalankan tugas tersebut dengan tetap menjaga kemuliaan kitab suci Al-Qur’an. Ketiga, menyentuh mushaf Al-Qur’an bagi wanita haid atau orang yang berhadas termasuk ikhtilāf syar’ī (perselisihan fikih), sedangkan kegiatan menghafal Al-Qur’an bagi mahasiswi IIQ Jakarta adalah fardhu ‘ain mu’assisī (kewajiban individual institusional) yang harus dituntaskan. en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject wanita haid en_US
dc.subject membaca Al-Qur’an en_US
dc.subject menghafal Al-Qur’an en_US
dc.title INTERAKSI WANITA HAID DENGAN AL-QUR’AN (Studi Kasus Mahasiswi IIQ Jakarta dalam Memahami QS. Al-Wāqi’ah Ayat 79) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account