Abstract:
Penelitian ini membahas tentang aspek akhlak pada ayat-ayat filantropi perspektif tafsir Al-Alûsȋ dan As-Sya’râwȋ. Hal itu didasari oleh realitas di tengah-tengah masyarakat yang sudah mengalami pergeseran makna. Pasalnya, filantropi yang sudah terakulturasi dalam adat istiadat sosial-kemasyrakatan banyak yang sudah menghilangkan dimensi akhlaknya; filantropi hadir dalam wajah transaksional, pamrih, dan sejenisnya.
Oleh karenanya, penelitian ini menjadikan dua model penafsiran yang dijadikan pijakan dalam melihat aspek moralitas pada ayat-ayat filantropi dalam Al-Qur`an. Dengan alasan tendensi keduanya lebih memperioritaskan aspek batiniyah (esoterik) atau akhlak daripada aspek hukum dan sejenisnya. Harapannya bisa menjadi satu instrumen untuk menjadikan diskursus filantropi tidak kehilangan moralnya, sebagaimana digariskan oleh nilai-nilai agama
Penelitian ini menggunakan library research (studi kepustakaan), yaitu, menelusuri informasi melalui buku, artikel dan jurnal ilmiah. Sumber primernya adalah Rûh Al-Ma’âni Fȋ Tafsȋr Al-Qur’ân Al-‘Azhȋm Wa As-Sab’i Al-Matsânȋ karya Al-Alûsi dan Khawâthir As-Sya’râwȋ Haul Al-Qur’ân Al-Karȋm karya As-Sya’râwi. Data skundernya menggunakan sumber-sumber refrensi yang memiliki keterkaitan dengan bahasan ini. Adapun metodenya adalah kualitatif. Sedangkan pendekatan untuk menganalisis data adalah deskriptif-analitis-komparatif. Tiga model pendekatan ini diharapkan bisa memberikan keterangan yang utuh terkait terma akhlak pada ayat- ayat filantropi dalam Al-Qur`an.
Al-Alusi dan Asya’rawi mengajak para pembaca untuk mencontoh sifat Allah, dan nabi Muhammad saw, Ar-Rahmân, Ar-Rahȋm, Al-Jûd, Al-Karȋm sesuai dengan kammpuannya masing-masing. Kemudain juga mengajak untuk menjadi pribadi yang mempunyai solidaritas tinggi, dan memperbanyak berbuat baik kepada Allah atau kepada sesama manusia tanpa mengharap unsur-unsur duniai semata.