Abstract:
Penelitian ini menunjukkan bahwa kaum sufistik menilai Al-Qur’an
dipahami sebagai kitab yang tidak selalu membahas firman-firman Allah
yang bernuansakan zahir berorientasi eksoterisme-formalistik. Al-Qur’an
menyimpan pesan bathin berorientasi esoterik-sufistik yang tersembul dalam
setiap ayat-ayatnya, melampaui pembacaan yang tidak terbaca (qirâ’ah mâ
lâ yuqra’), makna yang tidak tersurat (al-maskût ´anhu) dalam teks-teks
qur’anik sebagai anugerah Tuhan yang disebut dengan ilmu simbol Tanda
(‘ilm isyârah). Dialektika para sufi hikmah dengan berbagai ayat-ayat Al-
Qur’an memberikan informasi atau sesuatu hal yang berbeda dengan kaum
formalistik. Jelas termaktub dalam Al-Qur’an ajaran-ajaran mengenai sulûk
ruhiyah (tharîq ar-rûh) dan sulûk jasadiyah (tarîq al-jasad).
Konsep esoterisme ayat-ayat Al-Qur’an dalam ilmu hikmah
menekankan seseorang untuk mengolah sisi spiritualitas dirinya dengan
berbagai latihan ruhani, dalam istilah para sufi biasa disebut dengan
mujâhadah dan riyâdah melalui dzikir tilawah Al-Qur’an. Dengan dzikir
ayat-ayat Al-Qur’an diyakini akan mendapatkan anugerah Ilahi yang turun
ke dalam hati atau bathin manusia, pada umumnya hal tersebut datang secara
tiba-tiba, tanpa diusahakan atau berada di luar usaha manusia. Anugrahanugrah
Ilahi yang datang secara tiba-tiba di luar usaha manusia ini disebut
al-wârid. Namun begitu wârid tersebut bukanlah menjadi tujuan utama, hal
itu hanyala wasilah perantara kita agar selalu ingat kepada-Nya. Dengan kata
lain, dzikir merupakan upaya mempersiapkan diri melalui pembersihan
segala kotoran hati untuk menerima anugrah Ilahi yang datang secara tibatiba,
meski datangnya anugrah Ilahi itu sendiri pada dasarnya tidak bisa
diusahakan manusia.
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan termasuk dalam riset
perpustakaan (library research), penelitian yang sumber-sumbernya berasal
dari literature. Sumber yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah
berasal dari data primer (primary resources) dan sekunder (secondary
resources). Sumber primernya adalah literatur yang dikategorikan sebagai
ilmu hikmah, seperti halnya kitab Syams al-Ma'ârif wa Lathâif al-‘Awârif
dan Manba' Ushûl al-Hikmah tulisan Imam Ab al-Abbas Ahmad bin Ali Al-
Bûnî dll. Sedangkan data sekundernya penulis menggunakan karya-karya
lain yang menguak cakrawala pemikiran ulama’ sufi serta ilmu-ilmu yang
berhubungan dengan penelitian. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif, kajiannya dipaparkan secara deskriptif dan analitis, yakni
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian,
sehingga didapati konklusi dari permasalahan penelitian.