Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa makna Naṣr dalam Al-Qur’an tidak
hanya bermakna pertolongan. Tetapi, makna Naṣr dan turunannya memiliki
banyak makna yang berbeda-beda sesuai penempatan ayat yang ada di dalam
Al-Qur’an. Untuk dapat mengetahui makna yang sebenarnya dan perubahan
serta perkembangan maknanya, dilakukanlah analisis makna kata al-Naṣr
dengan menggali makna dasar dan makna relasional, menganalisis makna
sinkronik dan diakronik, serta merumuskan weltanschauung kata al-Naṣr dalam
Al-Qur’an perspektif semantik Toshihiko Izutsu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
teknik dokumentasi. Data primer yang digunakan, ayat Al-Qur’an terkait alNaṣr dan derivasinya, kamus bahasa Arab, beberapa kitab tafsir, buku yang
berkaitan dengan semantik. Data sekundernya seperti buku jurnal, artikel
internet dan media informasi lainnya. Teknik analisa data pada penelitian ini
yaitu analisis deskriptif. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan semantik
Al-Quran, adapun untuk menganalisis data digunakan teori semantik yang
dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu.
Hasil dari penelitian ini, makna dasar kata al-Naṣr dimaknai sebagai
pertolongan, menolong, kemenangan. Secara sintagmatik, lafadz al-Naṣr
bersanding dengan syirk bermakna membela diri, lafadz al-Naṣr bersanding dengan
busyrā dimaknai kemenangan, lafadz al-Naṣr bersanding dengan yahūd bermakna
orang Nasrani, lafadz al-Naṣr bersanding dengan tawakkal bermakna menolong, lafadz
al-Naṣr bersanding dengan kafir dimaknai sebagai membinasakan. Adapun secara
paradigmatik, sinonim dari kata al-Naṣr yaitu,
ن
ْ
و
َ
,ع
و
ْ
ج
َ
ا ,ن
ً
ام
َ
ل
,سَ
د
ضْ
َ
ا ,ع
ً
ب
ْ
ل
َ
ا ,غ
ً
ح
ْ
ت
َ
,ف
ا
ً
ح
ْ
ل
َ
ا ,ف
ً
ز
ْ
و
َ
ف dan antonimnya yaitu, ا
ً
ك
رْ
َ
ا ,ت
ً
ر
ْ
س
ُ
ا ,خ
رْ ضً
َ
ع. Makna sinkronik dan
diakronik, pada masa pra Qur’anik kata al-Naṣr digunakan pada pertolongan
yang memiliki derajat yang sama atau pada sesama makhluk. Pada masa Qur’anik, makna al-Naṣr disini digunakan pada pertolongan dari derajat yang
lebih tinggi kepada derajat yang lebih rendah yaitu Allah kepada hambanya. Dan
pada masa pasca Qur’anik, kata al-Naṣr tidak mengalami pergeseran makna
yang signifikan dari masa Qur’anik, Weltanschauung kata al-Naṣr, dalam
pandangan masyarakat umum, kata al-Naṣr dimaknai sebagai pertolongan, yaitu
pertolongan yang datang dalam berbagai bentuk apapun, baik berupa bantuan
atau sokongan dari sesama manusia untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan
masalah. Namun, dalam konteks agama atau spiritual, yang telah di analisis, alNaṣr lebih khusus merujuk pada pertolongan dari Tuhan.