DSpace Repository

Respon Al-Qur’an Terhadap Fenomena Roasting dalam Stand Up Comedy (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan AlMishbah)

Show simple item record

dc.contributor.advisor Mamluatun Nafisah
dc.contributor.author Ulya Falihatuz Zahiroh, 20211593
dc.date.accessioned 2024-10-29T08:13:04Z
dc.date.available 2024-10-29T08:13:04Z
dc.date.issued 2024
dc.identifier.uri http://repository.iiq.ac.id//handle/123456789/3884
dc.description.abstract Roasting dalam stand-up comedy sering digunakan untuk memberikan kritik secara satirikal, tetapi dapat menimbulkan masalah serius jika tidak digunakan dengan tepat. Banyak komika menyalahgunakan teknik ini untuk merendahkan orang lain secara destruktif, dengan pernyataan kasar yang dapat merusak keharmonisan sosial dan menciptakan ketidaknyamanan. Selain itu, roasting seringkali mengungkapkan aib individu, memicu perdebatan, dan menimbulkan pertanyaan tentang batasan etis serta hukum. Meski roasting dapat menjadi alat kritik yang efektif, tanpa pengaturan yang tepat, ia berisiko berubah menjadi ajang pelecehan dan ujaran kebencian. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan pedoman yang jelas agar roasting tetap konstruktif dan tidak merugikan pihak lain. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan kualitatif dengan pendekatan deskriptif-komparatif, yang fokus pada fenomena roasting dalam stand-up comedy dan kaitannya dengan etika berbicara serta humor menurut Al-Qur'an. Kajian ini menggunakan Tafsir Al-Azhar oleh Hamka dan Tafsir Al-Mishbah oleh Quraish Shihab sebagai sumber utama, serta mengadopsi pendekatan komunikasi dan Teori Superioritas Humor dari Thomas Hobbes. Adapun hasil penelitian dalam skripsi ini adalah: Pertama, Hamka dan Quraish Shihab merepresentasikan nilai roasting dalam prinsip-prinsip islam yang terkandung dalam penafsiran Q.S. Al-Hujura>t [49]: 11-12 seperti larangan mengejek, merendahkan, dan mencari-cari kesalahan serta membuka aib orang lain yang berkenaan dengan adab, etika, dan keharmonisan sosial yang sesuai dengan ajaran islam. Kedua, dalam perbandingannya, penulis membaginya pada 2 aspek, yakni aspek metodologi dan konten. Dari segi metodologi, Hamka mengelompokkan ayat dalam tema dengan judul, menggunakan contoh kehidupan sehari-hari, dan pengalaman pribadi. Sementara Shihab mengelompokkan ayat tanpa judul, mengutip hadis dan pendapat ulama, serta memberikan analisis rinci. Dari segi aspek konten, keduanya menekankan adab dan moral tinggi dalam interaksi sosial, namun, Hamka fokus pada moral dan etika individu, penjelasan kosa kata umum, mengaitkan perilaku merendahkan dengan rasa superioritas. Sedangkan Shihab menjelaskan kosa kata secara rinci, menekankan konteks sosial, keharmonisan masyarakat, dan dampak sosial, serta menjelaskan ghibah sebagai ancaman terhadap integritas sosial, serta menekankan etika dan perlunya taubah. Ketiga, penulis merumuskan batasan-batasan yang jelas terhadap fenomena roasting yang ditawarkan oleh Hamka dan Quraish Shihab yang berfokus pada menghormati martabat orang lain, menjaga keharmonisan sosial, dan menghindari mencari-cari kesalahan orang lain. Batasan ini sejalan dengan ajaran Surah Al-Hujura>t ayat 11-12 dan memberikan panduan untuk menjaga interaksi sosial tetap positif dan sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam. Keduanya memberikan panduan etika yang relevan dalam mengatasi fenomena roasting, terutama dalam konteks humor dan interaksi sosial saat ini, yang mana tepat untuk diterapkan agar dapat menghindari perilaku yang dapat merusak hubungan sosial dan menimbulkan ketegangan en_US
dc.language.iso id en_US
dc.publisher Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta en_US
dc.subject Roasting en_US
dc.subject Ejekan en_US
dc.subject Sindiran en_US
dc.subject Candaan en_US
dc.subject Superioritas en_US
dc.title Respon Al-Qur’an Terhadap Fenomena Roasting dalam Stand Up Comedy (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan AlMishbah) en_US
dc.type Skripsi en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Advanced Search

Browse

My Account