Abstract:
Penelitian ini mengungkapkan uslūb tasybῑh dan isti’ārah dalam ayat
fenomena hari kiamat, klasifikasinya berdasarkan proses terjadinya hari
kiamat yang dikembangkan secara kronologis, historis, dan pemberitahuan
gaib. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
tematik untuk mendeskripsikan dan menganalisis unsur balāgi dengan
merujuk pada tafsir Marāḥ Labīd karya Muhammad Nawawi al-Bantani, serta
pendapat jumhur ulama tafsir yang sependapat atau berbeda dengan
Muhammad Nawawi al-Bantani. Teknik pengumpulan data yang digunakan
penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Adapun pendekatan yang dipakai
adalah pendekatan linguistik teori ilmu balāgah yang memfokuskan pada
pembahasan uslūb tasybῑh dan isti’ārah dalam ilmu bayān.
Adapun hasil penelitian yang ditemukan adalah: Di dalam Ayat
fenomena hari kiamat terdapat 15 ayat yang mengandung uslūb tasybῑh dan
isti’ārah, keduanya dalam pembagian yang sudah penulis ungkap terdapat 15
ayat fenomena kiamat terbagi sebagai berikut; uslūb tasybῑh menjadi tiga jenis
yakni tasybih balig (Al-a’rāf [7]: 187, Al-Hajj [22]: 2, Al-Naml [27]:8, AlNabā’ [78]:19, Al-Nabā’ [78]: 20, dan Al-Muzzamil [73]: 18), tasybῑh tamṡil
(Al-Naml [27]:8), dan tasybῑh mursal (mujmal: Al-Qāri’ah [10]:5, dan AlAnbiyā’ [21]: 104), (mufaṣal : Al-Anbiyā’ [21]: 104). Uslūb isti’ārah menjadi
3 jenis yakni; isti’ārah makniyyah (isti’ārah makniyyah aṣliyyah;Al-Furqan
[25]:25), dan (isti’ārah makniyyah tab’iyyah; Al-Insyiqāq [84]: 4, dan AlMursalāt [77]: 8), isti’ārah taṣrihiyyah mulāim (Tab’iyyah: Al-Nazi’at [79]:
42, dan Al-a’rāf [7]: 187) dan isti’ārah makniyyah mulāim (Tab’iyyah: Al-Hajj
[22]: 1) dan (aṣliyyah: Al-Zalzalah [99]:2).
Pengaruh tasybῑh dan isti’ārah dalam ayat fenomena hari kiamat
terhadap Tafsῑr Marāḥ Labῑd karya Muhammad Nawawi cukup signifikan.
Secara keseluruhan, pendekatan tasybῑh dan isti’ārah dalam Tafsῑr Marāḥ
Labῑd Muhammad Nawawi tidak hanya memperkaya pemahaman tekstual,
tetapi juga memberikan pendekatan yang lebih mendalam dan simbolis
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini membantu umat Islam, khususnya di
Nusantara, memahami konsep Kiamat tidak hanya dari sisi literal, tetapi juga
dari perspektif teologis, spiritual, dan moral.