Abstract:
Pada zaman modern ini berbagai macam faktor mempengaruhi jiwa
seseorang, era globalisasi serta transformasi sosial yang melunjak memiliki
dampak pada berbagai bidang kehidupan, khususnya bagi psikologis manusia
yang memicu kegelisahan dan kecemasan hingga 94% masyarakat Indonesia
mengalami depresi ringan maupun berat. Data dari berbagai sumber
menunjukkan bahwa angka bunuh diri di Indonesia, terutama di kalangan
remaja, sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal
Polri, sepanjang 2023 tercatat 1.226 kasus bunuh diri. Berdasarkan kenyataan
tersebut, penelitian ini mencoba untuk merespon fenomena tersebut dengan
melakukan kajian terhadap penafsiran LPMQ Kemenag RI dan Hamka.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berbentuk penelitian
kepustakaan (library research) dengan teknik dokumentasi dalam
pengambilan data serta menganalisis data dengan metode analisis isi (content
analysis) yang merujuk pada data primer dan sekunder. Sumber data primer
berasal dari Tafsir Al-Qur’an Tematik LPMQ Kemenag RI dan Tafsir AlAzhar. Sementara data sekunder berasal dari tafsir, buku, jurnal, skripsi, tesis,
artikel dan media lain yang berkaitan dengan tema pembahasan.
Hasil dari penelitian ini disimpulkan: Pertama, LPMQ Kemenag RI dan
Hamka memahami keempat ayat tentang kesehatan mental, untuk mencapai
Kesehatan dapat ditempuh dengan memeliki iman yang kuat, menerima setiap
takdir dan senantiasa takwa kepada Tuhan, karena hal ini merupakan landasan
dasar manusia dalam menentukan setiap tindakan yang akan dilakukan.
kepada Allah Swt. untuk mencapai ketentraman hidup. Kedua, Persamaan
penafsiran yang signifikan yaitu sepakat bahwa iman menjadi landasan dasar
seseorang dalam menetukan tindakan. Adapun perbedaan penafsiran terdapat pada kata "asfala sāfilīn ". LPMQ Kemenag RI mengartikannya sebagai
"martabat kerendahan", yang merujuk pada neraka sebagai tempat yang paling
rendah derajatnya. Tafsir Al-Azhar memaknainya dengan "ardzalil ‘umur", di
mana seseorang berada di usia tua dan lemah seperti kembali lagi pada waktu
masih bayi. Ketiga, bahwa keempat identitas kesehatan mental yang
disebutkan sangat erat kaitannya dengan kehidupan di era modern, di mana
permasalahan juga semakin kompleks