Abstract:
Komunikasi Lasswell adalah model komunikasi yang dikembangkan
oleh Harold Lasswell pada tahun 1948. Lasswell memberikan pandangan
umum tentang komunikasi, yang dikembangkan dengan baik hingga
melampaui batas-batas ilmu politik. Harold Lasswell mengatakan bahwa
proses komunikasi dapat dijelaskan dengan sangat baik oleh pernyataan
sederhana. Komunikasi menjadi sangat penting dalam berinteraksi dengan
sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari, saling bertukar informasi,
menata hubungan, serta membangun pemahaman dan koordinasi antara
individu atau kelompok.
Permasalahan pada penelitian ini terletak pada bagaimana peran Syekh
Hamzah Fansuri di Aceh khususnya di Kota Subulussalam, efek apa yang
dirasakan masyarakat setelah mengikuti kajian rutin Tarekat Tauhid Sufi
yang berada di Pondok Pesantren Mu’jizatul Qur’an, corak tarekat seperti apa
yang dibawa dan di ajarkan oleh Syekh Hamzah Fansuri di Aceh Kota
Subulussalam.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan Metode penelitian kualitatif
deskriptif, dengan menggunakan pendekatan teori komunikasi yang
dikemukakan oleh Harold Dwight Lasswell, Lasswell menjelaskan bahwa
teori ini terdiri dari lima variabel, yaitu siapa (who), mengatakan apa (says
what), dalam saluran media apa (in which channel), kepada siapa (to whom),
dengan pengaruh apa (with what effect), atau “Who says what in which
channel to whom with what effect.” Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini, yakni wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini, yakni pengembangan ajaran Wujudiyah yang
dibawa oleh Syekh Hamzah Fansuri di Aceh Kota Subulussalam memberikan
efek positif kepada masyarakat yang mengikuti kajian Tasawuf Tauhid Sufi
di Pondok Pesantren Mu’jizatul Qur’an. Akan tetapi masih banyak dari kalangan masyarakat yang belum mengerti dan paham corak tarekat
wujudiyah yang dibawa Syekh Hamzah Fansuri. Kendati demikian, pondok
pesantren Mu’jizatul Qur’an selalu mengajak warga secara rutin untuk
mengikuti kajian tersebut.