Abstract:
Transformasi dakwah di era digital menuntut pendekatan yang relevan
terhadap dinamika masyarakat multikultural. Penelitian ini bertujuan
menganalisis visualisasi dakwah di Masjid Babah Alun dari perspektif
komunikasi lintas budaya dengan menggunakan teori Race Relation Cyle
Robert Ezra Park untuk menarik minat spiritual masyarakat urban yang
multikultural. Fokus penelitian adalah mengidentifikasi proses kontak,
kompetisi, akomodasi, dan asimilasi budaya Tionghoa dan Islam melalui
elemen visual dua masjid, Masjid Babah Alun Desari dan Masjid Babah Alun
at-Taqwa.
Penelitian ini mengangkat masalah minimnya kajian ilmiah tentang
visualisasi dakwah sebagai representasi proses komunikasi lintas budaya,
khususnya di Masjid Babah Alun. Persamaan dengan penelitian sebelumnya
terletak pada penggunaan media visual sebagai sarana dakwah, sedangkan
perbedaannya adalah penelitian ini menekankan analisis simbol budaya dalam
arsitektur masjid sebagai komunikasi nonverbal dan mengeksplorasi
bagaimana masyarakat multikultural menerima visualisasi dakwah yang
mengintegrasikan budaya Tionghoa dan Islam.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan
studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam
dengan pengelola masjid dan jamaah, serta dokumentasi. Analisis data
dilakukan dengan menerapkan tahapan Race Relation Cycle yang mencakup
empat tahap, yaitu kontak, kompetisi, akomodasi, dan asimilasi untuk
memahami dinamika penerimaan budaya dalam visualisasi dakwah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa visualisasi dakwah di Masjid
Babah Alun berhasil menciptakan harmoni lintas budaya melalui simbolsimbol arsitektur yang mengakomodasi identitas Tionghoa dan Islam.
Masyarakat sekitar yang multikultural menerima masjid sebagai ruang inklusif
yang mempromosikan toleransi dan integrasi sosial. Kesimpulannya, visualisasi dakwah berbasis komunikasi lintas budaya efektif dalam
membangun pemahaman multikultural dan memperkuat nilai-nilai Islam yang
adaptif terhadap keragaman.