| dc.description.abstract |
Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan
dalam dunia desain grafis, terutama dengan hadirnya kecerdasan buatan AI
dalam berbagai aplikasi seperti Canva dan Adobe. Teknologi ini
mempermudah proses kerja, meningkatkan efisiensi, dan memperkaya
eksplorasi visual. Namun demikian, tidak semua desainer meresponsnya
secara seragam. Sebagian merasa terbantu dengan kecanggihan fitur AI,
sementara yang lain menyuarakan kekhawatiran terkait hilangnya sentuhan
personal serta potensi menurunnya orisinalitas karya. Kondisi ini
menunjukkan adanya kesenjangan antara kemajuan teknologi dan kesiapan
adaptasi para pelaku desainer grafis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi desainer grafis
terhadap digitalisasi desain, khususnya dalam konteks pemanfaatan fitur AI di
aplikasi desain digital. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
dengan teori Difusi Inovasi dari Everett M. Rogers sebagai kerangka analisis.
Data dikumpulkan melalui wawancara tertulis berbasis Google Form dengan
pendekatan purposive sampling terhadap 101 informan yang terdiri dari
mahasiswa dan praktisi desainer grafis. Fokus pembahasan mencakup
bagaimana para desainer menanggapi kemunculan teknologi AI, tantangan
yang dihadapi, serta strategi adaptasi dalam menjaga kualitas dan keaslian
karya mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa digitalisasi desain berbasis AI
dipahami sebagai inovasi yang membawa banyak manfaat dalam proses
kreatif para desainer grafis. Teknologi ini dinilai mampu mempercepat
pekerjaan, mengatasi kebuntuan ide, dan memperluas jangkauan pasar.
Namun, tingkat penerimaan terhadap teknologi ini sangat dipengaruhi oleh
faktor internal seperti kemampuan beradaptasi, nilai-nilai pribadi, dan
pengalaman masing-masing individu. Oleh karena itu, teknologi sebaiknya
dimaknai sebagai alat pendukung yang memperkuat kreativitas, bukan sebagai
ancaman yang menggantikan peran manusia dalam dunia desain |
en_US |