Abstract:
Penelitian ini membahas konsep penyikapan musibah dalam Al-Qur’an
menurut tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Latar belakang penelitian ini adalah
pentingnya untuk mengkaji konsep penyikapan musibah yang diajarkan dalam
Al-Qur’an, dikarenakan musibah merupakan bagian tak terpisahkan dalam
kehidupan. Pemilihan tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dikarenakan karya ini ditulis
Sayyid Quṭb ketika beliau dalam penjara dengan kondisi yang penuh tekanan,
yang membuatnya mengkaji Al-Qur’an lebih mendalam dan penuh
penghayatan. Tafsir ini menggunakan corak adab al-ijtimā‘ī yang cenderung
menaruh perhatian besar pada upaya menjawab tantangan kehidupan
masyarakat. Gaya penulisan beliau yang emosional dan penuh perenungan
menjadikan menjadikan tafsir ini cocok untuk membahas makna musibah dan
cara menyikapinya dalam Al-Qur’an.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konsep penyikapan musibah
menurut Al-Qur’an berdasarkan penafsiran Sayyid Quṭb dalam kitab Fī Ẓilāl
al-Qur’ān dalam Al-Qur’an. Menjelaskan penafsiran Sayyid Quṭb mengenai
ayat-ayat penyikapan musibah serta relevansi penafsirannya pada konteks
masa kini.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalui pendekatan
analisis isi (content analysis) serta kajian pustaka terhadap beragam sumber,
baik primer yakni Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān maupun sekunder dari literatur
terkait.
Hasil kajian menemukan bahwa penyikapan musibah terhadap AlQur’an terbagi menjadi 7 sikap dalam 18 ayat. Ketujuh sikap tersebut yaitu
bersyukur, intropeksi diri, memuji Allah, bersabar, berdoa, bertobat dan
tawakkal yang penulis dapati setelah analisis mendalam terhadap ayat-ayat
yang memuat term musibah, bala’ dan fitnah dalam Al-Qur’an. QS. An-Naml [27]: 40, QS. Al-An‘ām [6]: 53, QS. Al-Fajr [89]: 15, QS. Al-Baqarah [2]:
155–156, QS. Ṣād [38]: 34 dan QS. At-Taubah [9]: 51. Penulis melihat bahwa
penafsiran Sayyid Quṭb masih relevan dalam konteks masa kini.