Abstract:
Fenomena stigma terhadap tubuh menjadi salah satu bentuk
ketidakadilan sosial yang masih marak terjadi dalam. Masyarakat modern, baik
dalam bentuk verbal seperti celaan dan hinaan, maupun dalam bentuk simbolik
dan sistematik. Al-Qur’an telah lama mengangkat persoalan ini melalui
kecaman terhadap perilaku mencela, memperolok, dan merendahkan orang
lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penafsiran Abū Ḥayyān alAndalusī dalam Tafsīr al-Baḥr al-Muḥīṭ terhadap ayat-ayat yang memuat tema
stigma negatif terhadap tubuh, khususnya QS al-Hujurat: 11, QS al-Humazah:
1, dan QS. al-Ḥijr: 11, serta menganalisis relevansinya dalam konteks kekinian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berbasis studi
kepustakaan (library research) yang menggunakan pendekatan tematik
(maudhū’ī) teori Al Farmawi. Analisis data dilakukan secara deskriptif-analisis
dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang memiliki keterkaitan tema,
kemudian ditelaah secara mendalam untuk memperoleh pemahaman yang
utuh. Data diperoleh melalui teknik dokumentasi, dengan Tafsīr al-Baḥr alMuḥīṭ karya Abū Ḥayyān sebagai sumber data primer. Adapun sumber data
sekunder mencakup berbagai literatur pendukung seperti buku-buku, skripsi,
tesis, jurnal ilmiah, artikel, dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, menunjukkan
bahwa Abū Ḥayyān menekankan bahwa perilaku mencela, mengejek, dan
memperolok merupakan kebiasaan yang merusak akhlak, bertentangan dengan
keimanan, serta menjadi pola berulang dalam penolakan terhadap kebenaran.
Penafsiran beliau sarat dengan kajian gramatikal dan retorika, yang
menunjukkan bahwa ejekan terhadap sesama, adalah bentuk kerusakan
karakter dan kezaliman sosial. Kedua, Relevansi tafsir ini tampak dalam fenomena modern seperti stigma negatif pada tubuh, dalam kehidupan modern
penelitian ini relevan dengan kondisi sosial saat ini di mana perilaku mencela,
memberi julukan merendahkan, dan mengejek telah menjadi hal yang lumrah.
Al-Qur’an menunjukkan bahwa tindakan tersebut adalah indikator lemahnya
iman dan termasuk karakter sosial yang merusak, seperti humazah dan
lumazah. Sebagai tandingannya, nilai kesabaran dalam menghadapi hinaan
menjadi prinsip penting dalam membangun martabat manusia di Tengah
tekanan stigma tubuh.