Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya penggunaan buku cerita anak
bertema kisah Nabi sebagai bahan bacaan anak usia dini yang kerap kali
memuat unsur isrā’īliyyāt tanpa pencantuman sumber yang jelas.
Ketidakterjelasan tersebut berpotensi menimbulkan bias dalam pemahaman
keagamaan anak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan serta mengklasifikasi unsur isrā’īliyyāt dalam buku cerita
Nabi yang digunakan di RA Labschool IIQ Jakarta.
Permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah keberadaan
narasi isrā’īliyyāt yang bercampur dengan kisah Nabi tanpa adanya verifikasi
sumber, sehingga diperlukan klasifikasi untuk menentukan validitasnya.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan studi-studi sebelumnya yang
menelaah isrā’īliyyāt dalam literatur Islam, khususnya tafsir. Namun, berbeda
dari penelitian sebelumnya yang umumnya berfokus pada kitab tafsir dan
ditujukan untuk kalangan akademik, penelitian ini secara spesifik menyoroti
konten buku cerita anak usia dini yang jauh lebih mudah diakses oleh
masyarakat umum lintas latar belakang.
Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif jenis kepustakaan
(library research) dengan pendekatan deskriptif-analitik. Analisis dilakukan
dengan kerangka klasifikasi riwayat berdasarkan pendapat Abdul Wahhab
Fāyed (w. 1420 H) yang membagi isrā’īliyyāt ke dalam tiga kategori: diterima
(maqbūl), ditangguhkan (mauqūf), dan ditolak (mardūd). Fokus penelitian
diarahkan pada autentisitas sumber narasi dalam buku cerita anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 12 buku cerita anak bertema
kisah Nabi dan Rasul yang tersedia, hanya empat buku yang memenuhi kriteria
kelayakan konten untuk dianalisis. Dari keempat buku tersebut, ditemukan
lima belas riwayat isrā’īliyyāt dalam lima kisah Nabi: Ādam a.s., Idrīs a.s.,
Ayyūb a.s., Mūsā a.s., dan Dāwūd a.s. Riwayat-riwayat tersebut terklasifikasi
menjadi empat riwayat maqbūl, lima mauqūf, dan enam mardūd. Unsur
isrā’īliyyāt yang ditemukan berupa tambahan narasi, deskripsi tokoh secara
hiperbolik, dan dialog yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadis.
Temuan ini menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam penyusunan maupun penggunaan buku cerita anak berbasis kisah Nabi untuk menghindari
penyebaran narasi yang tidak otentik dan potensi penyimpangan dalam
pembentukan akidah anak usia dini.