Abstract:
Etika dalam belajar yang berlandaskan Al-Qur'an sangat penting dalam
menghadapi tantangan zaman modern saat ini. Saat ini, dalam sektor
pendidikan, posisi guru dan murid dianggap setara sebagai rekan, sehingga
terjadi interaksi yang setara di antara mereka. Sementara itu, dalam kisah yang
terdapat pada QS. Al-Kahfi [18]: 60-82, Nabi Musa sebagai murid yang berada
di bawah, sedangkan Nabi Khidir berperan sebagai guru yang berada di atas.
Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas etika menuntut ilmu dalam
kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir serta menjelaskan hubungan antara guru dan
murid yang diungkapkan dalam ayat tersebut.
Jenis penelitian yang dijelaskan penulis dalam skripsi ini adalah studi
pustaka (library research). Penelitian ini menggunakan metode analisis,
dengan sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini adalah Tafsir al-Sya’rāwī oleh Syekh Muhammad
Mutawalli al-Sya’rāwī, sedangkan untuk data sekunder, peneliti
mengumpulkan informasi dari buku-buku yang berkaitan dengan topik yang
diangkat.
Hasil penelitian dan analisis yang ditemukan peneliti pada kisah Nabi
Musa dan Nabi Khidir berdasarkan Tafsir al-Sya’rāwī pada Q.S. Al-Kahfi ayat
60-82 tentang etika seorang murid terhadap guru dalam menuntut ilmu ada
beberapa poin sebagai berikut: 1). Memiliki semangat dan kesungguhan dalam
menuntut ilmu, 2). Bersikap sopan, tunduk, dan berprasangka baik kepada
guru, 3). Kesediaan menerima kritik dan ujian dalam proses belajar, 4). Selektif
dan terukur dalam bertanya kepada guru, 5). Menyadari kelemahan dan
keterbatasan diri sebagai murid, 6). Lapang dada dalam menerima perbedaan
pendapat dan hikmah, 7). Kesederhanaan dalam menuntut ilmu sebagai jalan
sebagai petunjuk ilahi. Dalam proses menuntut ilmu yang harus ditanamkan
dalam jiwa seorang murid adalah etika yang baik terhadap guru. Mampu
menyadari posisinya menjadi murid di bawah guru, sehingga murid memiliki
prasangka baik dan percaya terhadap guru. Murid ketika belajar dalam rangka meluaskan wawasannya sehingga tidak mudah untuk mengkritisi sesuatu hal
yang belum diketahui