Abstract:
Di era modern yang penuh tekanan, perhatian terhadap self love kerap
terabaikan. Sejatinya, self love penting untuk kesejahteraan fisik, mental, dan
kebahagiaan. Dalam perspektif Islam, mencintai diri sejalan dengan nilai
spiritual, rasa syukur, dan tanggung jawab sebagai amanah Ilahi, sebagaimana
tercermin dalam QS. Al-Baqarah [2]: 286, QS. Al-Isrā' [17]: 70, dan QS. AlNisā' [4]: 58. Penelitian ini bertujuan menganalisis penafsiran Al-Marāgī dan
M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat self love, mengidentifikasi persamaan
dan perbedaannya, serta menelaah relevansi penafsiran dengan teori konsep
diri Carl Rogers dalam kehidupan konteks modern.
Rumusan masalah penelitian ini meliput penafsiran Al-Marāgī dan M.
Quraish Shihab terhadap ayat-ayat cinta diri, persamaan dan perbedaannya,
serta relevansi penafsiran dengan teori Carl Rogers. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif kepustakaan dengan analisis deskriptifkomparatif, berdasarkan data primer dari kedua tafsir, dan didukung
pendekatan psikologi humanistik Carl Rogers serta nilai-nilai Al-Qur'an
terkait nafs, karāmah al-insān, dan amanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua mufassir sepakat bahwa Allah
tidak membebani manusia melebihi kapasitasnya, dimuliakan dengan
keistimewaan, serta diwajibkan menunaikan Amanah, dan keadilan, dengan
Al-Marāgī tekanan kemudahan syariat, amanah dalam tiga dimensi (kepada
Allah, sesama, dan diri sendiri), serta keistimewaan fisik dan akal, sedangkan
M. Quraish Shihab memuat relevansi sosial-budaya, beban sesuai
kemampuan, amanah yang lebih luas, serta penghormatan terhadap martabat
manusia dan lingkungan.
Penafsiran tafsir kedua relevan dengan teori Carl Rogers karena
memperkuat self love, citra diri, harga diri, dan keselarasan diri ideal. Integrasi
nilai-nilai Al-Qur'an dan psikologi modern membentuk self love yang sehat,
seimbang, dan mendukung kesejahteraan mental. Penelitian ini menegaskan
bahwa self love bukan sekedar penerimaan diri, tetapi juga tanggung jawab
moral dan spiritual, sebagai pedoman menghadapi tantangan modern