Abstract:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai maskulinitas ideal
dalam Al-Qur’an sebagai kritik terhadap toxic masculinity dan relevansinya
dengan fenomena softboy di media sosial. Di tengah dominasi budaya
patriarkal yang menuntut laki-laki tampil kuat, dominan, dan tidak emosional,
tren softboy hadir sebagai ekspresi maskulinitas alternatif yang menonjolkan
kelembutan, empati, dan estetika. Namun, ekspresi ini sering dianggap
bertentangan dengan norma maskulinitas tradisional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
pustaka (library research) dan tafsir tematik (maudhu‘i). Sumber primer berupa
ayat-ayat Al-Qur’an seperti Q.S Maryam [19]: 12–14, Q.S Al-Furqān [25]: 63,
Q.S Luqmān [31]: 19, Q.S Al-Nisā’ [4]: 34, and Q.S Maryam [19]: 58,
dianalisis menggunakan Tafsīr al-Munīr karya Syekh Wahbah az-Zuḥailī.
Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, artikel ilmiah, serta dokumentasi
konten media sosial terkait fenomena softboy. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui observasi konten digital, analisis dokumen, dan kajian
literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Qur’an menggambarkan
maskulinitas ideal sebagai perpaduan antara kekuatan dan kelembutan,
keberanian dan kasih sayang, serta pengendalian diri dan tanggung jawab
spiritual. Nilai-nilai ini menolak karakteristik toxic masculinity yang
menekankan dominasi, agresivitas, dan pengekangan emosional. Di sisi lain,
fenomena softboy dinilai sebagai bentuk resistensi terhadap narasi maskulin
yang toksik, namun juga menyimpan potensi kerentanan dan manipulasi jika
tidak dibingkai oleh nilai-nilai Qur’ani. Dengan demikian, konsep
maskulinitas dalam Al-Qur’an tetap relevan sebagai panduan membentuk
identitas laki-laki yang seimbang, utuh, dan berakar pada akhlak Islami di
tengah perubahan sosial modern