Abstract:
Penelitian yang berjudul Ragam Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap
Penafsiran (Analisis Qiraat Sabah dalam Kitab Tafsir Tarjumân al-Mustafîd) ini
merumuskan permasalahan pokok, yaitu: Bagaimana pengaruh perbedaan qirâ`ât
terhadap penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung farsy al-hurûf dalam
tafsir Tarjumân al-Mustafîd?
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh
perbedaan qirâ`ât terhadap penafsiran dalam tafsir Tarjumân al-Mustafîd pada
ayat-ayat mengandung farsy al-huruf.
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Jenis penelitian telaah
pustaka ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengunakan metode diskriptifanalitis
yaitu mengambarkan atau menjelaskan data-data dalam menguji atau
menjelaskan sebuah tulisan guna menjawab pertanyaan yang menyangkut dengan
pokok masalah serta menguraikan data-data yang terkumpul dan tersusun secara
sistematis.
Selama ini penelitian-penelitian tentang Ilmu Qirâ`ât yang dikaitkan
dengan adanya perbedaan penafsiran masih sedikit apalagi untuk abad ke-17 silam.
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa sebagian perbedaan tersebut juga
berpengaruh besar terhadap berbedanya penafsiran, bahkan juga meliputi hingga
perbedaan hukum fikih. Abdurrauf as-Singkili dengan kitab tafsir beliau Tarjumân
al-Mustafîd, dianggap sebagai wakil yang tepat untuk menggambarkan bagaimana
penafsiran Al-Qur`an pada era abad ke-17 khususnya yang ada di wilayah
Indonesia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, bahwa Abdurrauf as-Singkili
menggunakan perbedaan qirâ`ât sebagai salah satu alat penafsiran pada ayat-ayat
yang memiliki perbedaan bacaan. Ragam qirâ`ât yang disebutkan dalam tafsir ini
hanya berjumlah 3 riwayat yakni riwayat Qalûn dari Imam Nâfi’, riwayat ad-Dûrî
dari Imam Abû Amr dan riwayat Hafsh dari Imam ‘Âshim. Perbedaan bacaan
tersebut mempunyai pengaruh terhadap berbedanya makna penafsiran yang
dihasilkan. Namun terkadang ‘Abd ar-Rauf tidak menyinggung perbedaan bacaan
apabila perbedaan bacaan itu keluar dari perbedaan tiga riwayat tersebut. Pemilihan
makna berdasarkan farsy al-hurûf dari riwayat Hafsh dari ‘Âshim lebih sering
dijumpai dalam penafsiran. Hal ini dimungkinkan karena bacaan qirâ`ât riwayat
Hafsh dari Imam ‘Âsim merupakan jenis qirâ`ât yang umum digunakan oleh
masyarakat di Indonesia.