Abstract:
TPQ Al-Izzah Tegal merupakan salah satu TPQ yang cukup maju dalam mengembangkan metode pembelajaran Al-Qur’an. Pada mulanya metode pembelajaran yang diterapkan dalam waktu 2 tahun dengan salah satu metode yang cukup terkenal, semangat siswa dalam belajar menurun. Kemudian TPQ Al-Izzah Tegal mencoba beralih ke buku lainnya, yaitu Buku Tilawati, ternyata dengan buku ini siswa lebih semangat lantaran mereka cepat mengkhatamkan buku tersebut. Dari latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana strategi yang diterapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an di TPQ Al-Izzah?, bagaimana metodenya?, serta sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan kualitas bagus?.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan dengan data perpustakaan sebagai data pendukung dalam penelitian lapangan. Adapun metode penelitiannya menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif di mana penulis menggambarkan kegiatan yang diteliti pada objek yang telah ditentukan dengan cara sistematis.
Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran buku Tilawati di TPQ Al-Izzah dibagi menjadi dua program yang ditempuh secara berjenjang . Pertama: program buku paket sebanyak 5 jilid. Dalam jenjang ini siswa wajib menghatamkan dalam waktu 6 bulan . Kedua : Program pembelajaran Al-Qur’an, sebagai lanjutan dari program pertama. Metode kedua ini menggunakan metode Talaqqi 30 juz secara bi an-nadzar. Adapun system evaluasinya melalui tiga tahapan, yaitu : evaluasi harian, evaluasi mingguan, dan evaluasi bulanan. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengecek hasil bacaan Al-Qur’an dan hafalan siswa.
Secara garis besar kurikulum penerapan pembelajaran dan evaluasi belajar siswa sudah sesuai dengan kurikulum yang diberikan oleh koordinator Tilawati dengan hasil belajar siswa yang sangat memuaskan, bahkan dengan penerapan program buku paket dan menghatamkan bacaan Al-Qur’an 30 juz tersebut bisa melakukan proses wisuda pada setiap tahunnya. Adapun masih ada yang tidak sesuai dengan kurikulum yang ditentukan oleh koordinator Tilawati dikarenakan kemampuan santri yang berbeda-beda dan keterbatasan jumlah guru.
