dc.description.abstract |
Hadits Sebagai sumber utama kedua setelah Al-Qur’an, Sudah
diketahui bersama studi dan pengajaran Hadits relatif sedikit dibandingkan
studi al-Qur’an, studi tentang tauhid, pengajaran fiqih, dan tasawuf. Bisa
dikatakan studi Hadits di Indonesia sangat sangat minim. Padahal studi
Hadits di Indonesia sudah dimulai sejak abad ke-17 oleh Nuruddin al-
Raniri melalui karyanya (w. 1068 H/1658 M) Hidayat al-Habib al-
Tarhib wa al-Tarhib dan ‘Abd al-Ra’uf al-Sinkili (w. 1105 H/1693 M)
dengan karyanya al-Mau’izah al-Badi’ah. Setidaknya ada tiga faktor
utama studi Hadits ini termasuk langka. Pertama, Lembaga pendidikan
Islam seperti pesantren, surau, masjid, madrasah, dan perguruan tinggi yang
mengajarkan literatur Hadits pada permulaannya sangat sedikit. Terbukti
pesantren sebagai lembaga pendidikan keislaman tertua di Indonesia baru
mengajarkan literatur Hadits pada awal abad ke-19. Kedua, Literaturliteratur
yang berkaitan dengan kajian Hadits juga terbatas. Para santri
maupun pelajar ilmu keislaman memang menjumpai banyak Hadits,
tetapi informasi diterima bukan dari literatur-literatur Hadits melainkan
dari literatur-literatur fikih, tafsir dan lainnya. Ketiga, Pakar Hadits,
sarjana yang ahli di bidang Hadits maupun Muhaddits di Nusantara
termasuk langka. Dan Nama terakhir yang termasuk Muhaddits langka itu
adalah Kyai Ali Mustafa pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Darus-
Sunnah Ciputat Tangerang Selatan.
Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode
diskriptif dan pendekatan fenomologi, yakni suatu metode yang ditunjukkan
untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi pemikiran orang secara individu atau
sosial. Adapun tujuannya untuk mendapatkan data yang valid dan
mendalam serta bermanfaat.
KH. Ali Mustafa selain seorang Muhaddits, seorang Da’I, seorang yang
aktif di berbagai organisasi keislaman, tetapi beliau juga seorang praktisi
pendidikan. Maka tentu nya Pondok Pesantren Darus-Sunnah merupakan Pemikiran
Pendidikan beliau dalam pengembangan studi dan pengajaran Hadits di Nusantara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pemikiran Pendidikan KH. Ali
Mustafa Yaqub yang dikembangkan di Darus-Sunnah meliputi: tujuan pendidikan,
pendidik dan peserta didik, metode pembelajaran dan kurikulum. 2) tujuan
pendidikan, pendidik dan peserta didik, metode pembelajaran dan kurikulum
terimplementasikan sebagai berikut: a) Tujuan pendidikan KH. Ali Mustafa Yaqub
adalah membentuk “ulama pewaris para Nabi”, yakni melahirkan individu-individu
yang terintegrasi kecerdasan intelektual dengan kecerdasan moral spiritual.
Senantiasa ihyau’sussunnah sehingga ucapan, pemikiran, dan perbuatan menjadi
satu kesatuan yang tak terpisahkan dari akhlaq dan suri tauladan Rasulullah Saw. b)
Metode yang dikembangkan KH Ali Mustafa selain metode dan strategi Rasulullah
Saw dalam mendidik para sahabatnya, dan juga menerapkan sistem kombinasi
antara pesantren dan perkuliahan, yaitu diantaranya menggali kitab-kitab kuning
dan melakukan riset dan membuat karya ilmiyah sebagai syarat akhir studi di
xvi
Darus-Sunnah. c) Pendidik dan Peserta didik yang unggul dalam kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial menghasilkan kader ulama dan bangsa yang
beriman, bertaqwa kepada Allah Swt, berakhlaq mulia, percaya diri, bermanfaat
untuk masyarakat, menghasilkan Hadits yang berskala nasional maupun
internasional dan untuk mengejewantahkan Islam sebagai Rahmatallil’alamiin. d)
Kurikulumnya mencakup ilmu-ilmu Hadits yang mendalam, ilmu sosial
kemasyarakatan, ilmu kebahasaan, ilmu keorganisasian dan keterampilan. |
en_US |