Abstract:
Penelitian ini dilatarbelakangi karena meningkatnya fenomena hostile
language atau penggunaan bahasa kasar di kalangan anak-anak. Hal ini
diduga berkaitan erat dengan pola asuh orang tua dalam lingkungan
keluarga yang kurang optimal dalam mengajarkan kontrol emosi dan
komunikasi yang positif. Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal
pertama dan utama memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan
perilaku anak, termasuk cara mereka bertutur kata. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana pola asuh orang tua
baik otoriter, demokratis, maupun permisif berdampak dalam mencegah
perilaku hostile language pada anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
memahami peran pola asuh orang tua dalam mencegah perilaku hostile
language pada anak. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara
terstruktur, dan dokumentasi, dengan partisipan yang terdiri dari delapan
orang yakni, dua pasangan ibu dan anak, satu pasangan ayah dan anak, ketua
RW, serta satu tokoh masyarakat setempat. Analisis data dilakukan melalui
tahapan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh orang tua berperan
dalam membentuk pola komunikasi anak tentang hostile language. Pola
asuh otoriter memicu hostile language akibat kurangnya komunikasi
emosional, sementara pola asuh demokratis efektif mencegahnya melalui
komunikasi terbuka dan kontrol seimbang. Sedangkan pola asuh permisif
yang longgar cenderung gagal membimbing anak memahami aturan
berbahasa yang baik dan benar. Karena itu, pola asuh komunikatif dan
seimbang penting dalam membentuk perilaku bahasa anak yang positif.